Selamat datang di Blog Sederhanku

Sepucuk surat untuk seorang sahabat.....

Jumat, 28 Maret 20140 komentar

"Dear Sahabat" Jangan beri alasan itu untuk mengakhiri hubungan yang telah berjalan 2 (dua) tahun ini. Itu alasan klasik Sahabat. Jenuh itu hanya sementara,setiap hubungan akan ada titik dimana kejenuhan akan datang, tapi bukan berarti kita menghindar dan pergi... jatuh bangun itu sdh biasa. Masalah itu dihadapi bukan dihindari.

Dari perspektif waktu nanti, waktu yang direka-bayangkan dirimu sudah ada di sana, masalah dan kendala yang ada sekarang tidaklah lagi sepelik dan serumit yang dirimu bayangkan.

Ketika waktu nanti itu tiba, bisa jadi akan terbit penyesalan mengapa dirimu tidak menikmati hidup yang ada dan mengalir mengarus pematang sejarahmu.

Mari dengarkan kembali, sebuah rekaman masa lalu tentang apa yang kita putuskan dulu. Saat ruang fikiran itu hanya mampu menyalahkan, tentu disana, semua orang bersalah kecuali dirimu. Dan pintu-pintu hikmah itu tertutup saat engkau menutup semua celah cahaya, saat engkau membatasi ruang fikiranmu dalam batas prasangka yang membutakan.

Prasangka hina itulah yang kelak akan menghinakanmu, dan kita akan terus terhina selama kita tidak mampu memaafkan. Maka musnahkanlah dengan maaf, agar kita melihat cahaya itu kebaikan darinya menerangi kita.

Sayang sekali, kita telah menyangka maaf itu hanya serakan sampah yang tak berguna.

Saudaraku, saudariku yang mendamba kebahagiaan. Tahukah, semakin kita sering bertemu dengan hamba-Nya yang salih semakin kita mengenal kehinaan kita, semakin kita merendah
merebah..

Sebaliknya, semakin kita melihat kehinaan mereka, semakin kita meninggi

Seandainya saja, jiwa itu sebening embun, maka alasan apakah lagi yang menyeret kita pada hinanya prasangka? Hanya sungai beninglah yang akan menunjukan kita ikan-ikan kecil diantara bebatuannya.

Jika logika tidak lagi mampu menembus tabir keagungan-Nya, maka setidaknya didiklah hati dan jiwaraga untuk meng-istimewakan prasangka kepada-Nya. Insya Allah akan engkau temui sebuah titik, bahwasannya semuanya hanyalah tentang Ujian.

Jika engkau telah menyadari bahwasannya semua itu "hanyalah" cara-Nya untuk menguji kita, maka kita akan segera melihat cahaya itu. Masalah adalah kawan lama yang dulu pernah mendewasakan kita, mengajarkan kepada kita kesabaran.

Jadi bersabarlah lagi, dan bersahabatlah dengan takdir-Nya..

Bukankah dulu kita mampu melewati masalah-masalah itu?

Sungguh kita telah melewati masa yang tidak mudah, pendakian untuk memetik satu bunga. Jika engkau temui bahwa edelweiss itu tidak harum maka, terimalah. Karena tidak semua bunga itu harum, mungkin dari ketidak sempurnaan itu kita bisa belajar... tentang penerimaan.

Kita tahu, bahwa pendakian ini menuju puncak, dan kita juga tahu bahwasannya tak ada pendakian yang meng-enakkan. Namun kita sering lupa, bahwasannya ketika kita telah berdiri di puncak tugas kita adalah terbang dengan sayap yang seharusnya kita persiapkan selama pendakian itu.

Jangan ikuti kebanyakan pendaki, yang akan kembali turun setelah berada dipuncak kemenangan. Terbanglah ke puncak lain dengan sayapmu. Karena kemenangan itu tidaklah disini, tapi dihari lain yang abadi. Terbanglah kepuncak-puncak lain, jangan terjun menukik atau turun menuruni lagi lembah hina dalam jerembab keluhan dan ikatan masalalu.
Share this article :
Comments
0 Comments

Posting Komentar

 
Support : Gemapadi | Hairil Sadik | Johny Template | Mas Templatea | Noto Mardana
Copyright © 2014. Private Blog Kho Khocez (Irawan Palipun) - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by Kho Khocez
Proudly powered by Blogger