Selamat datang di Blog Sederhanku

Makalah Tentang Biografi Karl Marx

Minggu, 12 Januari 20140 komentar



BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Sejarah akan berbeda sekarang ini tanpa Karl Marx. Demikian salah satu kesimpulan Franz Magnis Suseno mengenai pemikiran Karl Marx. Tidak mengherankan jika Michael Hart meletakkan Karl Max di tempat yang tinggi dalam susunan Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam sejarah. Pada masa jayanya, jumlah manusia yang sedikitnya terpengaruh oleh Marxisme mendekati angka 1,3 milyar. Jumlah penganut ini lebih besar dari jumlah penganut ideologi mana pun sepanjang sejarah manusia.
Pengaruh pemikiran Karl Marx tidak bisa diragukan lagi dalam sejarah perjalanan dunia ini. Marx tidak hanya merangsang perubahan cara berpikir, akan tetapi juga mengubah cara manusia bertindak. Seperti dikatakan Marx sendiri, “Para filosof hanya menginterpretasikan dunia dalam berbagai cara; masalahnya adalah bagaimana mengubah dunia.” Hal inilah yang kemudian membedakan Marx dari filosof lain, misalnya, Auguste Comte atau Martin Heidegger, bahkan David Hume yang hanya sanggup mengubah cara manusia berfikir. Meskipun tidak bisa dipungkiri juga bahwa perubahan pemikiran ini berdampak pada kehidupan masyarakat luas, namun efeknya tidak sebesar Karl Marx. Filsafat Marx lebih diletakkan untuk mengubah dunia. Bahkan sebagai ideologi, “Marxisme” menyemangati sebagian besar gerakan buruh sejak akhir abad ke-19 dan dalam abad ke-20 yang mendasari kebanyakan gerakan pembebasan sosial.
Makalah ini mula-mula akan mengemukakan tentang latar belakang hidup Marx, kemudian perjalanan intelektualnya sebagai penerus Hegel dan pembaruan serta pengkayaan terhadap pemikiran gurunya tersebut. Bagian mengenai Marxisme akan disinggung sesudah pembahasan tentang perkembangan intelektual Marx.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa teori marx memiliki pengaruh yang sangat luas dalam berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu, dalam makalah ini, Kami bermaksud memaparkan ide-ide utama dalam teori yang dilahirkan oleh Karl Marx.

C.Tujuan
            Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui ide-ide utama dalam teori yang dilahirkan oleh Karl Marx.


D. Manfaat
Penulisan  makalah ini diharapkan dapat menguak dan menambah pengetahuan serta informasi mengenai Karl Marx.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biografi Karl Marx
Karl Marx, lahir di bulan Mei 1818 di Trier, Jerman. Ayahnya seorang pengacara yang beberapa tahun sebelumnya pindah agama Yahudi menjadi Kristen Protestan. Perpindahan agama ayahnya yang begitu mudah diduga merupakan alasan mengapa Karl Marx tidak pernah tertarik dengan Agama. Ayahnya mengharapkan Marx menjadi notaris sebagaimana ayahnya. Karl Marx sendiri lebih menyukai untuk menjadi Penyair daripada seorang ahli hukum. Hukum merupakan ilmu yang digemari pada saat itu. etengah semester ia bertahan, dan melompat ke Universitas Berlin, fokus pada filsafat. Masih semester dua, Marx sudah masuk kelompok diskusi paling ditakuti di kampus itu, Klub Para Doktor, dan menjadi anggota yang paling radikal. Kelompok ini selalu memakai Filsafat Hegel untuk menyerang kekolotan Prussia. Tak heran, klub ini pun digelari “Kaum Hegelian Muda”. Namun karena mereka juga menentang agama Protestan, klub ini digolongkan menjadi Hegelian Kiri, lawan Hegelian Kanan, yang menafsirkan Hegel sebagai teolog Protestan.
Pada tahun 1841, Marx dipromosikan menjadi doktor dengan disertasi “The Difference between The Natural Philosophy of Democritus and Epicurus”. Kertas kerja dan pengantar disertasi ini secara jelas menunjukkan Marx sangat Hegelian, dan antiagama. Hal terakhir ini juga yang membuat Marx dicap sesat, dan mulai dijauhi rekan-rekannya. Marx tumbuh di tengah pergolakan politik yang dikuasai oleh kekuatan kapitalis para Borjuis yang menentang kekuasaan aristokrasi feodal dan membawa perubahan hubungan sosial. Meskipun ia memperjuangkan kelas orang-orang tertindas sebagai referensi empiris dalam mengembangkan teori filsafatnya. Selama hampir setahun ia menjadi pimpinan redaksi sebuah harian radikal 1843, sesudah harian itu dilarang oleh pemerintah Prussia, ia kawin dengan Jenny Von Westphalen, putri seorang bangsawan, dan pindah ke Paris. Di sana ia tidak hanya berkenalan dengan Friedrich Engels (1820-1895) yang akan menjadi teman akrab dan “penerjemah” teori-teorinya melainkan juga dengan tokoh-tokoh sosialis Perancis. Dari seorang liberal radikal ia menjadi seorang sosialis. Beberapa tulisan penting berasal waktu 1845, atas permintaan  pemerintah  Prussia, ia diusir oleh pemerintah Perancis dan pindah ke Brussel di Belgia. Dalam tahun-tahun ini ia mengembangkan teorinya yang definitif. Ia dan Engels terlibat dalam macam-macam kegiatan kelompok-kelompok sosialis. Bersama dengan Engels ia menulis Manifesto Komunis yang terbit bulan Januari 1848. Sebelum kemudian pecahlah apa yang disebut revolusi’48, semula di Perancis, kemudian juga di Prussia dan Austria. Marx kembali ke Jerman secara ilegal. Tetapi revolusi itu akhirnya gagal. Karena diusir dari Belgia, Marx akhirnya pindah ke London dimana ia akan menetap untuk sisa hidupnya.
Di London mulai tahap baru dalam hidup Marx. Aksi-aksi praktis dan revolusioner ditinggalkan dan perhatian dipusatkannya pada pekerjaan teroritis, terutama pada studi ilmu ekonomi. Tahun-tahun itu merupakan tahun-tahun paling gelap dalam kehidupannya. Ia tidak mempunyai sumber pendapatan yang tetap dan hidup dari kiriman uang sewaktu-waktu dari Engels. Keluarganya miskin dan sering kelaparan. Karena sikapnya yang sombong dan otoriter, hampir semua bekas kawan terasing daripadanya. Akhirnya, baru 1867, terbit jilid pertama Das Kapital, karya utama Marx yang memuat kritiknya terhadap kapitalisme (jilid kedua dan ketiga baru diterbitkan oleh Engels sesudah Marx meninggal). Tahun-tahun terakhir hidupnya amat sepi dan tahun 1883 ia meninggal dunia.
2.2 Hegel dan Marx: Awal Perjalanan Intelektual
Setidaknya filsafat  Hegel mengandung  hal yang bernilai seperti: teori tentang gerak yang abadi, perkembangan dari jiwa yang universal, dan terutama metode dialektika. Hal yang disebut terakhir inilah yang akan dijelaskan lebih lanjut. Dialektika berarti sesuatu itu hanya benar apabila dilihat dengan seluruh hubungannya. Dialektika bisa juga dirumuskan sebagai teori tentang persatuan hal-hal yang bertentangan. Contoh yang tepat untuk menjelaskan dialektika adalah dialog. Dalam setiap dialog, terdapat sebuah tesis, yang kemudian melahirkan anti-tesis, dan selanjutnya muncul sintesis. Proses demikian berulang terus menerus.
Hegel menyatakan bahwa hukum dialektika ini memimpin perkembangan jiwa. Dunia menurut Hegel berada dalam proses perkembangan. Namun ia tidak menerapkan hukum ini lebih jauh lagi kepada alam dan masyarakat. Hegel adalah seorang idealis. Menurut Hegel, esensi kenyataan bukanlah benda materiil, melainkan jiwa. Idealisme berpandangan metafisika bahwa realitas yang utama adalah ide atau gagasan.
Dari pandangan Hegel tentang  dialektika, Marx kemudian menyusun kembali, membangun bangunan pemikiran yang lebih baik dari gurunya tersebut. Marx tidak puas terhadap dialektika Hegel yang berpusat pada ide/roh. Hal ini bagi Marx terlalu abstrak dan tidak menyentuh realitas konkret. Pengertian ini tidak sesuai dengan tesis Karl Marx bahwa filsafat harus mengubah cara orang bertindak. Dalam pandangannya, filsafat tidak boleh statis, tetapi harus aktif membuat perubahan-perubahan karena yang terpenting adalah perbuatan dan materi, bukan ide-ide. Manusia selalu terkait dengan hubungan-hubungan kemasyarakatan yang melahirkan sejarah. Marx membalik dialektika ide Hegel menjadi dialetika materi. Apabila Hegel menyatakan bahwa kesadaranlah yang menentukan realitas, maka Marx mendekonstruksinya dengan mengatakan bahwa praksis materiallah yang menentukan kesadaran.
Materialisme adalah teori yang menyatakan bahwa semua bentuk dapat diterangkan melalui hukum yang mengatur materi dan gerak. Meterialisme berpendapat bahwa semua kejadian dan kondisi adalah sebab akibat lazim dari kejadian-kejadian dan kondisi-kondisi sebelumnya. Dengan demikian, materialisme selalu memberikan penekanan bahwa materi merupakan ukuran segalanya, melalui paradigma materi ini segala sesuatu dapat diterangkan.
Materialisme dialektis memiliki asumsi dasar bahwa benda merupakan suatu kenyataan pokok, bahwa kenyataan itu benar-benar objektif, tidak semata berada dalam kesadaran manusia. Konsekuensi logisnya adalah pengetahuan realitas secara otomatis menjadi tidak bisa dipisahkan dengan kesadaran manusia. Bahkan materialisme mengakui bahwa kenyataan berada di luar persepsi kita tentangnya, sehingga kenyataan obyektif adalah penentu terakhir terhadap ide.
Pembalikan Marx dari idealisme Hegel ke materialisme memang tidak berarti ia meninggalkan dialektika Hegel. Materialisme Marx adalah materialisme dialektis yang meyakini kebudayaan akan mengalami kemajuan. Jika dalam Hegel adalah realisasai total roh absolut, maka dalam Marx kemajuan kualitatif tersebut berupa masyarakat tanpa kelas (masyarakat yang tidak lagi didominasi materi). Visi Marx untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas merupakan gambaran praksis dari ide dasar materialisme sosialisnya. Sistem feodal yang tergantikan oleh sistem kapitalis telah membawa perubahan dalam struktur ekonomi dan sosial. Marx yakin suatu saat, kapitalisme akan menemui kehancuran dan melahirkan sintesis, komunis sebagai ideologi kekuatan baru, masyarakat tanpa kelas.
2.3 Marxisme
Marxisme berawal dari tulisan-tulisan Karl Marx. Dalam arti luas, Marxisme berarti paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx. Pandangan-pandangan ini mencakup ajaran Marx mengenai materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya dalam kehidupan sosial. Marxisme lahir dari konteks masyarakat industri Eropa abad ke-19, dengan semua ketidakadilan, eksploitasi manusia khususnya kelas bahwa/kelas buruh. Menurut analisa Marx, kondisi-kondisi dan kemungkinan-kemungkinan teknis sudah berkembang dan merubah proses produksi industrial, tetapi struktur organisasi proses produksi dan struktur masyarakat masih bertahan pada tingkat lama yang ditentukan oleh kepentingan-kepentingan kelas atas. Jadi, banyak orang yang dibutuhkan untuk bekerja, tetapi hanya sedikit yang mengemudikan proses produksi dan mendapat keuntungan. Karena maksud kerja manusia yang sebenarnya adalah menguasai alam sendiri dan merealisasikan cita-cita dirinya sendiri, sehingga terjadi keterasingan manusia dari harkatnya dan dari buah/hasil kerjanya. Karena keterasingan manusia dari hasi kerjanya terjadi dalam jumlah besar (kerja massa) dan global, pemecahannya harus juga bersifat kolektif dan global.
Berbeda dengan model-model sosialisme lama, Marxisme menyatakan dirinya sebagai “sosialisme ilmiah”. Untuk mendukung klaim tersebut, Marx mendasarkan pada penelitian syarat-syarat objektif perkembangan masyarakat. Marx menolak pendasaran sosialisme pda pertimbangan-pertimbangan moral. Materialisme sejarah merupakan dasar bagi sosialisme ilmiah tersebut. Marx yakin bahwa ia telah menemukan hukum objektif perkembangan sejarah. Objek pencarian materialisme historis adalah hukum-hukum gerakan dan perkembangan masyarakat insani yang paling universal. Marx menciptakan suatu pemahaman sejarah menjadi seperti sains yang pasti dan eksak. Karena hal itulah Marx menyatakan bahwa sosialismenya bersifat ilmiah karena berdasarkan pada pengetahuan hukum-hukum objektif perkembangan masyarakat.
Marxisme pada hakekatnya bukanlah merupakan suatu penafsiran terhadap perubahan proses-proses dalam masyarakat, akan tetapi merupakan sebuah terori yang menyatakan bahwa hukum objektif perkembangan masyarakat dapat ditetapkan sama seperti halnya penemuan-penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan sehingga bisa bersifat pasti dan universal. Dengan mengajukan sosialisme ilmiah sebagai penerapan hukum dasar alam pada masyarakat, teori Marx seakan-akan dibenarkan oleh ilmu-ilmu alam, karena memiliki objektivitas seperti ilmu-ilmu alam
2.4 Pemikiran Karl Marx
Sebelum kita terjun ke dalam dunia pemikiran Karl Marx, menurut penulisada baiknya, kita pahami terlebih dahulu paradigma pemikiran Marx mengenaimanusia yang berlaku sebagai subjek perubahan. Menurut Marx, manusia adalahmahkluk alamiah yang berkembang dalam lintasan sejarah dunia. Manusia adalahmakhluk kreatif dengan hasrat dan kekuatan. Manusia dalam sejarahnya telahmengubah objek-objek sejarah alamiah dan telah menciptakan kebudayaan diseluruh dunia. Hal inilah yang mendorong Marx untuk berpandangan bahwasejarah di dunia akan selalu mengikuti perkembangan manusia, dimana dalam proses ini, bangsa manusia, akan menemukan sendiri objeknya dalam upayameraih aktualisasi diri.Bagi Marx, apa yang bisa menyatukan semua elemen eksistensi manusia bukanlah ‘semangat zaman’ ( zeitgeist ), tetapi kondisi material dari kehidupan darikehidupan orang. Adalah ekonomi dan struktur sosialnya yang menentukankarakter setiap zaman. Perubahan dari faktor-faktor dasar ini yang menjadikekuatan pendorong sejarah, yang melahirkan revolusi sebagai tanda transisi darisatu tahap perkembangan ke tahap perkembangan selanjutnya. Maka, konsepsisejarah ini secara jelas mengokohkan pemikiran materialistis. Teori dasar inisering disebut materialisme dialektis.Marx menyetujui bahwa organisasi ekonomi-sosial memiliki sifat yangsangat fundamental. Hal ini dimungkinkan karena ia tidak hanya mempengaruhisemua aspek kehidupan yang lain, tetapi juga menentukan sifat dari semua aspek itu. Akibatnya, hukum, pemerintahan, pendidikan, agama, seni, kepercayaan, dannilai masyarakat merupakan hasil langsung dari organisasi ekonomi-sosialtersebut. Marx menyebut organisasi sosio-ekonomi ini dengan istilah “substruktur (basis)”, sementara sisi lain yang lain disebut dengan “superstruktur”, prinsip dasar dari teori Marx adalah bahwa substruktur menentukan suprastruktur. Konsep pemikiran Marx mengenai perjuangan kelas dapat kita telusuri dari beberapa karyanya. Di dalam The Manifesto of the Comunist Party yang ditulisnya bersama Engels.
·         Infrastruktur Ekonomi dan Superstruktur Sosial budaya
Marx berulang-ulang menekankan ketergantungan politik pada struktur ekonomi, tipe analisa yang sama berlaku untuk pendidikan , agama, keluarga, dan semua institusi sosial lainnya. Sama halnya dengan kebudayaan suatu masyarakat, termasuk standar-standar moralitasnya, kepercayaan-kepercayaan agama, sistem-sistem filsafat, ideologi politik, dan pola-pola seni serta kreativitas sastra juga mencerminkan pengalaman hidup yang riil dari orang-orang dalam hubungan-hubungan ekonomi mereka. hubungan antara infrastruktur ekonomi dan superstruktur budaya dan struktur sosial yang dibangun atas dasar itu merupakan akibat langsung yang wajar dari kedudukan materialisme historis. Adaptasi manusia terhadap lingkungan materilnya selalu melalui hubungan-hubungan ekonomi tertentu, dan hubungan-hubungan ini sedemikian meresapnya hingga semua hubungan-hubungan sosial lainnya dan juga bentuk-bentuk kesadaran, dibentuk oleh hubungan ekonomi itu.
Mengenai determinisme ekonomi Marx tidak menjelaskan secara konsisten, sekalipun ekonomi merupakan dasar seluruh sistem sosio budaya, institusi-institusi lain dapat memperoleh otonomi dalam batas tertentu, dan malah memperlihatkan pengaruh tertentu pada struktur ekonomi. Pada akhirnya struktur ekonomi itu tergantung terhadapnya.
·         Kegiatan dan Alienasi
Inti seluruh teori Marx adalah proposisi bahwa kelangsungan hidup manusia serta pemenuhan kebutuhannya tergantung pada kegiatan produktif di mana secara aktif orang terlibat dalam mengubah lingkungan alamnya. Namun, kegiatan produktif itu mempunyai akibat yang paradoks dan ironis, karena begitu individu mencurahkan tenaga kreatifnya itu dalam kegiatan produktif , maka produk-produk kegiatan ini memiliki sifat sebagai benda obyektif yang terlepas dari manusia yang membuatnya.
Tentang alienasi menurut Marx merupakan akibat dari hilangnya kontrol individu atas kegiatan kreatifnya sendiri dan produksi yang dihasilkannya. Pekerjaan dialami sebagai suatu keharusan untuk sekedar bertahan hidup dan tidak sebagai alat bagi manusia untuk mengembangkan kemampuan kreatifnya. Alienasi melekat dalam setiap sistem pembagian kerja dan pemilikan pribadi, tetapi bentuknya yang paling ekstrem ada di dalam kapitalisme, dimana mekanisme pasar yang impersonal itu, menurunkan kodrat manusia menjadi komoditi, dilihat sebagai satu pernyataan hukum alam dan kebebasan manusia. bentuk ekstrem alienasi itu merupakan akibt dari perampasan produk buruh oleh majikan kapitalisnya.
Marx menekankan bahwa alienasi kelihatannya benar-benar tidak dapat dielakkan dalam pandangan mengenai kodrat manusia yang paradoks. Di satu pihak manusia menuangkan potensi manusiawinya yang kreatif dalam kegiatannya, dilain pihak, produk-produk kegiatan kreatifnya itu menjadi benda yang berada di luar kontrol manusia yang menciptakannya yang menghambat kreativitas mereka selanjutnya.
Bagi Marx alienasi akan berakhir, bila manusia mampu untuk mengungkapkan secara utuh dalam kegiatannya untuk mereka sendiri, sehingga ekspolitasi dan penindasan tidak menjangkiti manusia lagi.
·         Kelas Sosial, Kesadaran Kelas, dan Perubahan sosial
Salah satu kontradiksi yang paling mendalam dan luas yang melekat dalam setiap masyarakt di mana ada pembagian kerja dan pemilikan pribadi adalah pertentangan antara kepentingan-kepentingan materil dalam kelas-kelas sosial yang berbeda. Marx memang bukan orang pertama yang menmukan konsep kelas, tapi menurut Marx pembagian kelas dalam masyarakat adalah pembagian antara kelas-kelas yang berbeda, faktor yang paling penting mempengaruhi gaya hidup dan kesadaran individu adalah posisi kelas. Ketegangan konflik yang paling besar dalam masyarakat, tersembunyi atau terbuka adalah yang terjadi antar kelas yang berbeda, dan salah satu sumber perubahan sosial yang paling ampuh adalah muncul dari kemenangan satu kelas lawan kelas lainnya.
Marx beranggapan bahwa pemilikan atau kontrol atas alat produksi merupakan dasar utama bagi kelas-kelas sosial dalam semua tipe masyarakat, dari masyarakat yang primitif sampai pada kapitalisme modern.
Mengenai konsep kelas Marx, mengidentifikasikan tiga kelas utama dalam masyarakat kapitalis, yaitu buruh upahan, kapitalis, dan pemilik tanah. Kelas tersebut dibedakan berdasarkan pendapatan pokok yakni upah, keuntungan, sewa tanah untuk masing-masinnya. Selanjutnya Marx juga melakukan pembedaan antara dimensi obyektif dan subyektif antara kepentingan kelas. Kesadaran kelas merupakan satu kesadaran subyektif akan kepentingan kelas obyektif yang mereka miliki bersama orang-orang lain dalam posisi yang serupa dalam sistem produksi. Konsep “kepentingan” mengacu pada sumber-sumber materil yang aktual yang diperlukan kelas untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan individu. Kurangnya kesadaran penuh akan kepentingan kelas sangat berhubungan dengan penerimaan yang berkembang untuk mendukung kelas dominan dan struktur sosial yang ada. Pengaruh ideologi inilah yang memunculkan “kesadaran palsu”.
Bila nanti terjadi krisis ekonomi dalam sistem kapitalis, menurut Marx akan menjelaskan bahwa kontradiksi-kontradiksi internal dalam kapitalisme akan mencapai puncak gawatnya dan sudah tiba waktunya bagi kaum proletar untuk melancarkan suatu revolusi yang berhasil
·         Kritik Terhadap Masyarakat Kapitalis
Menurut Marx dalam Das kapital, ia menekankan bahwa untuk mengungkapkan dinamika-dinamika yang mendasar dalam sistem kapitalis sebagai sistem yang bekerja secara aktual, yang berlawanan dengan versi yang diberikan oleh para ahli ekonomi politik sangat bersifat naif.
Marx menerima teori nilai tenaga kerja dari nilai pasar suatu komoditi ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang menghasilkan produksi itu. nilai merupakan faktor utama menetukan harga komoditi.
Gagasan Marx dalam hal ini selanjutnya dikenal dengan istilah “surplus Value” atau teori nilai lebih yaitu pertukaran yang tidak proporsional antara nilai pakai dan nilai tukar. Dalam hal ini keuntungan yanng lebih besar dimiliki oleh para kapitalis, dan buruh tidak berkuasa atas nilai lebih yng telah dihasilkannya sebagai tenaga kerja.
Ketika Marx hidup waktu Di Eropa sedang terjadi revolusi industri, lalu dalam hal ini Marx melakukan kritik atas ekspansi kapitaslis dan korelasinya dengan krisis ekonomi. Menurut marx penggunaan mesin baru yang hemat buruh merusakkan keseimbangan antara kemampuan produktif dan permintaan, dan karena itu mempercepat krisis ekonomi. Selain itu juga menurut marx eskpansi Kapitalis akan membuat individu-individu semakin teralienasi. Dan paradoks atas kapitalisme akan muncul.

2.5 Kritik Terhadap Pemikiran Karl Marx
Berdasarkan analisis deskriftif yang dikemukakan di atas, penulismencoba untuk melakukan sebuah proses kontemplasi kritis terhadap pemikiran- pemikiran Karl Marx, khususnya dalam menyimak dan melihat konsepsi pemikiran Marx mengenai perjuangan kelas. Berlandaskan pada asumsi TomBottomore dalam Suhelmi yang menyatakan bahwa ada dua hal utama dari teoriMarx yang rentan untuk dikritik:
 Pertama , Marx terlalu berlebihan dalam melihatkelas-kelas sosial dan kelas konflik sebagai unsur determinatif dalam menjelaskan perubahan struktural dalam sejarah manusia.
 Kedua, teori-teori Marx kurangmampu dan relevan dalam menjelaskan jumlah tipe stratifikasi sosial.


2.6 Teori Karl Marx (1818 - 1883)
Aliran Matrealisme berbeda dengan Aliran Positivisme. Teori Positivisme membatasi diri pada fakta-fakta dimana teori ini menolak tiap-tiap keterangan yang melampaui fakta-fakta. Karena alasan inilah dalam rangka Positivisme tidak ada tempat untuk metafisika. Sedangkan Matrealisme mengatakan bahwa realistis seluruhnya terdiri dari materi. Itu berarti tiap-tiap benda atau kejadian dapat dijabarkan kepada materi atau salah satu proses materiil. Kiranya sudah jelas bahwa materialisme mengakui kemungkinan metafisika, karena Materialisme sendiri berdasarkan suatu metafisika. Pada masa pertengahan abad ke-19 materialisme mempunyai peranan penting. Tetapi materialism sendiri dibedakan menjadi dua macam. Pertama, terdapat aliran yang meneruskan materialisme dari masa Auklarung. Materialism bentuk ini terutama dianut dalam kalangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan para pengikutnya menganggap prinsip materialistis sebagai sebuah Ilmu Pengetahuan. Karena hal inilah maka, materialism ini sering disebut “Materialisme Ilmiah” di sini memang pada tempatnya. Kedua, materialisme dari sudut pandang filsafat, materialisme ini tidak begitu menarik, tetapi harus diakui bahwa kalangan populer pengaruhnya besar sekali. Dari kalangan filsafat lahirnlah Teori Evolusi dalam kalangan luas dengan menggunakan prinsip materialisme. Di lain pihak terdapat suatu materialisme yang timbul sebagai reaksi atas idealisme. Dari sudut filsafat, aliran ini pantas diberi perhatian. Menurut (Bertens : 1998, hal 76).
 Seperti yang telah dikemukakan, menurut Hegel, puncak perkembangan sejarah terdapat dalam zaman ketika Hegel hidup, sedang puncak perkembangan filsafat terdapat pada filsafat Hegel sendiri. Akan tetapi pandangan yang demikian dibatalkan oleh perkembangan zaman dan perkembangan filsafat Hegel itu sendiri. Sebab berdasarkan dialetika Hegel sendiri, penutupan yang semu, yang terdapat dalam filsafat Hegel, ditentang oleh pertentangan-pertentangan baru. Disamping itu timbullah kemajuan yang pesat sekali di bidang Ilmu Pengetahuan yang khusus, baik di bidang Ilmu Pengetahuan Alam maupun di bidang Ilmu Pengetahuan Rohani. Hal in dengan sendirinya memaksa adanya pemikiran ulang terhadap penyamarataan yang dikemukakan Hegel. Perlawanan terhadap filsafat hegel timbul dari pihak para ahli sejarah dan aliran Romanitik. Kecuali penyelidikan murni terhadap fakta-fakta, juga mengakibatkan kurangnya penghargaan terhadap pemikiran-pemikiran filsafat dan keagamaan. Pada zaman ini masih muncul juga aliran Positivisme dan Materialisme. Dengan demikian timbullah pangkal-pangkal pemikiran yang baru. Hal ini semuanya mengakibatkan adanya perpecahan diantara pengikut Hegel. Timbullah sayap kanan yang lebih konservatif dan sayap kiri yang lebih progresif. Keduanya segera menjauhak diri dari Hegel. Menurut (Harun Hadiwijoyo : 1980, hal 117).
Tidak lama sesudah Hegel meninggal murid-muridnya berpecah-pecah dalam dua golongan: Hegelian sayap kanan dan Helegian sayap kiri. Para filsuf Hegelian sayap kanan bersifat konservatif. Mereka menganggap filsafat Hegel sebagai semacam titik akhir. Dan atas dasar filsafat itu mereka mendukung status quo dalam bidang politik (Negara Prusia waktu itu) dan membela hak agama Kristen melawan semua serangan yang dilancarkan oleh pihak lain. Para filsuf Hegelian sayap kiri menolak memandang filsafat Hegel sebagai suatu pemikiran yang definitive dan dengan menggunakan prinsip Hegelian mereka berusaha meneruskan filsafat Hegel. Mereka memeluk pendirian-pendirian ekstrem baik dalam bdiang politik maupun dalam bidang agama. Menurut (Bertens : 1998, hal 77).
Salah seorang termasuk Hegelian sayap kiri adalah Ludwig Feuerbach (1804 – 1872). Dalam masa mudanya ia meninggalkan studi teologi agar dapat belajar filsafat Hegel sendiri. Kemudian ia mengalami sukses besar dengan kritiknya atas hegel. Ia memandang Hegel sebagai puncak rasionalisme modern. Dalam rasionalisme – katanya – dan khususnya pada Hegel selalu terdapat suatu suasana religius  yang mengakibatkan bahwa dunia materiil, manusia dan pengenalan inderawi tidak mendapat penghargaan semestinya. Maka dari itu Feuerbach ingin merancang suatu metafisika materialistis, suatu etika yang bersifat humanistis, dan suatu epistemology yang menjunjung tinggi pengenalan inderawi. Dengan demikian ia mau mengganti idealisme dengan materialisme. Buku Feuerbach yang menimbulkan amat banyak protes dan diskusi berjudul Das Wesen des Christentums (1841) (Perihal Hakikat Agama Kristen). Buku ini merupakan percobaan untuk mengartikan adanya agama dengan menggunakan argumentasi-argumentasi yang bersifat psikologis. Menurut pendapat Feuerbach, kepercayaan manusia akan Allah berasal dari keinginan hati manusia. Karena manusia sendiri tidak merasa bahagia di dunia ini dan mengalami berbagai-bagai kekuarangan, ia mulai membayangkan di luar dirinya suatu Wujud yang sama sekali sempurna dan bahagia, yaitu Allah. Feuerbach membalikkan suatu perkataan Alkitab (Kitab Kejadian 1:26) dengan berkata: “manusia menciptakan Allah menurut citranya sendiri”. Tetapi – katanya – teologi harus menjadi antropologi. Manusia mesti bangun dari impiannya. Ia sendiri harus mengusahakan dunia yang bahagia dengan menaklukkan alam. Kultur dan ilmu pengetahuan memungkinkan usaha manusia itu. Dalam kalangan ateis pada abad ke-19 dan ke-20 kritik Feuerbach atas agama Kristen mempunyai pengaruh besar, terutama melalui Karl Marx yang sebagian besar mengambil alih gagasan itu. Menurut (Bertens : 1998, hal 77).
 

Karl Marx (1818 – 1883) belajar ilmu hukum di Bonn dan kemudian  di Berlin, dimana dia merasa tertarik dengan teori filsafat Hegel. Tidak lama sesudah berkenalan dengan filsafat hegel, ia sendiri menjadi tokoh terkenal dalam kalangan Hegelian berhaluan kiri. Karena pikiran-pikirannya yang terlalu ekstrem, dia berpendapat bahwa dia tidak mungkin mengharapkan karir akademisnya. Setelah menamatkan studinya dengan sebuah disertasi tentang filsafat Yunani, ia menjadi wartawan dan kemudian redaktur pada suatu harian yang diterbitkan di kota Koln. Karena tulisannya selalu mengkritik pemerintahan akhirnya marx mendapat tindakan dari pemerintah Prusia, akibatnya marx mengambil keputusan untuk meninggalkan Jerman. Marx pindah ke Paris (Prancis) dan bertemu dengan Friedrich Engels (1820 – 1895), anak pemilik pabrik tenun di Barmen (Jerman). Perjumpaan ini sangat menentukan untuk masa depan Karl Marx. Sampai akhir hidupnya Marx bersahabat dengan egels dan tidak jarang terjadi bahwa Engels member bantuan materiil kepadanya, supaya marx sanggaup mengerjakan pekerjaan ilmiahnya. Dalam banyak hal Marx dan Engel bekerjasama  dan juga menerbitkan karangan-karangan yang merupakan buah pene mereka bersama, sehingga seringkali tidak dapat dipastikan bagian mana yang berasal dari masing-masing. Ketika Marx meninggalkan Prancis, ia berpindah ke Brussel. Di kota tersebut Marx dan Engels lebih intensif mengarahkan perhatian kepada politik internasional, hal ini dilatarbelakangi oleh pekerjaannya sebagai wartawan menyebabkan ia berkecimpung dalam politik yang praktis. Hal ini menjadikan Marx dapat secara langsung berhubungan dengan kenyataan kemasyarakatan. Ia mulai belajar ekonomi negara secara mendalam. Marx dan Engels menjadi anggota “ Perhimpunan Komunis “ dan atas permintaan organisasi ini mereka menyusun Manifesto Komunis (1884), suatu pernyataan dari pihak komunis pada ketika suasana revolusioner dirasakan di banyak tempat di Eropa. Waktu itu revolusi Jerman pada tahun 1848 Marx dan Engels pulang ke Jerman dan di sana mereka menerbitkan sebuah harian. Tetapi revolusi saat itu mengalami kegagalan, Marx kembali lagi ke Paris dan akhirnya menetap di London. Di London pada tahun 1867 diterbitkan jilid pertama suatu buku yang berjudul Das Kapital yang dinggap sebagai karya terpenting dan pokok karangan Marx. Karena pekerjaan organisatorisnya dalam gerakan komunis dan karena kesehatannya semakin terganggu, Marx sendiri tidak sanggaup menyelesaikan buku ini. Sesudah marx meninggal di London, maka Engels menyelesaikan buku Das Kapital jilid II dan III masing-masing pada tahun 1885 dan 1894. Menurut (Bertens : 1998, hal 78 ; Harun hadiwijono : 1980, hal 118 ; Miriam Budiardjo : 2008, hal 140).
Marx tertarik oleh gagasan dialektik seperti yang dibentangkan oleh Hegel, karena di dalamnya terdapat unsur kemajuan melalui konflik dan pertentangan. Dan unsur inilah yang ia perlukan untuk menyusun teorinya mengenai perkembangan masyarakat melalui evolusi. Untuk melandasi teori sosial, ia merumuskan dulu teori mengenai materialisme dialektis (dialectical materialism), kemudian konsep-konsep ini dipakainya untuk menganalisa sejarah perkembangan masyarakat yang dinamakannya materialisme historis (historical materialism). Atas dasar analisa terakhir ia sampai pada kesimpulan bahwa menurut hukum ilmiah, dunia kapitalis akan mengalami revolusi (yang olehnya disebut revolusi prolentar) yang akan menghancurkan sendi-sendi masyarakat itu, dan akan meratakan jalan untuk timbulnya masyarakat komunis.
1.      Materialisme Dialektis

Dari ajaran Hegel, Marx mengambil dua unsur, yaitu gagasan mengenai terjadinya pertentangan antara segi-segi yang berlawanan, dan gagasan bahwa semua berkembang terus. Dalam hal itu Marx menolak asas pokok dari aliran idealism bahwa hukum idealetik hanya berlaku di dalam dunia yang abstrak, yaitu dalam pikiran manusia. Marx menandaskan bahwa hukum dialektik terjadi dalam dunia kebendaan (dunia materi) dan sesuai dengan pandangan itu, ia menamakan ajarannya Materialisme. Selanjutnya ia berpendapat bahwa setiap benda atau keadaan (Phenomenon) dalam tubuhnya sendiri menimbulkan segi-segi yang berlawanan (opposites). Segi-segi yang berlawanan dan bertentangan satu sama lain dinamakan kontradiksi. Dari pergumulan ini akhirnya timbul semacam keseimbangan; dikatakan bahwa benda atau keadaan telah di negasi-kan. Menurut (Miriam Budiardjo : 2008, hal142).
Sesuai dengan hukum dialektik, gerak ini terus terjadi sehingga setiap kali ditimbulkan suatu negasi yang lebih baru. Setiap negasi dianggap sebagai kemenangan yang baru atas yang lama, suatu kemenangan yang dihasilkan oleh kontadiksi-kontradiksi dalam tubuhnya sendiri. Jadi, setiap objek dan phenomenon melahirkan benih-benih untuk penghancuran diri sendiri untuk selanjutnya diubah menjadi sesuatu yang lebih tinggi mutunya. Negasi dianggap sebagai penghancuran dari yang lama, sebagai hasil dari perkembangan sendiri yang diakibatkan oleh kontradiksi-kontradiksi intern. Jadi, setiap phenomenon bergerak dari taraf yang rendah ke taraf yang lebih tinggi, bergerak dari keadaan yang sederhana ke arah yang lebih kompleks. Gerak ini terjadi dengan melompat-lompat melalui gerak spriral ke atas dan tidak melalui gerak lurus ke atas. Dengan tercapainya negasi yang tertinggi maka selesailah perkembangan dialektis.
2.      Materialisme Historis
Pokok-pokok materialisme dialektis dipakai oleh Marx untuk menganalisa masyarakat dari permulaan zaman sampai masyarakat pada zaman Marx berada. Maka dari itu, teori ini disebut materialisme histoeikal (historical materialism). Dan karena materi oleh Marx diartikan sebagai keadaan ekonomi, maka teori Marx juga sering disebut “analisa ekonomis terhadap sejarah” (economic interpretation of history). Dalam menjelaskan teorinya Marx menekankan bahwa sejarah (yang dimaksud hanyalah sejarah Barat) menunjukkan bahwa masyarakat zaman lampau berkembang menurut hukum-hukum dialektis (yaitu maju melalui pergolakan yang disebabkan oleh kontradiksi-kontradiksi intern melalui suatu gerak spiral ke atas) sampai menjadi masyarakat dimana Marx berada. Menurut (Miriam Budiardjo : 2008, hal143).

Menurut Marx perkembangan dialektis terjadi lebih dahulu dalam struktur bawah (atau basis) dari masyarakat, yang kemudian menggerakan “struktur atasnya”. Basis dari masyarakat bersifat ekonomis dan terdiri atas dua aspek, yaitu cara berproduksi (misalnya teknik dan alat-alat) dan hubungan ekonomi (misalnya system hak milik, pertukaran dan distribusi barang). Diatas basis ekonomi berkembanglah struktur atas yang terdiri dari kebudayaan, ilmu pengetahuan, konsep-konsep hukum, kesenian, agama, dan yang dinamakan ideologi. Perubahan sosial politik dalam masyarakat disebabkan oleh perubahan dalam basis ekonomi yakni pertentangan atau kontradiksi dalam kepentingan-kepentingan terhadap tenaga-tenaga produktif, sedangkan lokomotif dari perkembangan masyarakat adalah pertentangan antara kelas sosial.
Berdasarkan hukum dialetika, masyarakat telah berkembang menjadi masyarakat kapitalis di mana Marx berada. Gerak dialektis ini mulai pada saat komune primitive berkembang dari suatu masyarakat yang tidak mengenal milik pribadi dan tidak mengenal kelas menjadi masyarakat yang mulai mengenal milik pribadi serta pembagian kerja, dank arena itu mengenal juga pembagian dalam kelas-kelas sosial. Jadi, masyarakat yang semula bersifat komune primitive pada suatu ketika menjadi masyarakat berkelas dan pada saat itulah gerak dialektis mulai. Gerak ini disebabkan oleh pertentangan antara dua kelas utama di dalam masyarakat. Dalam masyarakat berkelas pertama, yaitu masyarakat budak, terjadi pertentangan antara kelas budak. Masyarakat budak secara dialektis berubah menjadi masyarakat feudal yang pada gilirannya pula terdorong oleh pertentangan antara kelas pemilik tanah dan kelas penggarap ranah – pertentangan yang dimenangkan oleh borjuasi – berubah menjadi masyarakat kapitalis. Menurut teori sosial ini, maka masyarakat kapitalis, terdorong oleh pertentangan antara kaum kapitalis dan kaum proletar, akan berubaha sebagai gerak dialektis terakhir menjadi masyarakat komunis.
Perkembangan ini menurut Marx adalah tidak terelakkan, karena sudah merupakan hukum sosial. Dalam usaha mencapai masyarakat komunis, kaum proletar akan memainkan peranan penting, mereka merebut kekuasaan dari tangan kapitalis, mengambil alih segala alat produksi dan melalui tahap transisi yang dinamakan dictator proletariat akhirnya akan tercapailah masyarakat komunis. Mengenai dictator proletariat dikatakan oleh Marx:
Antara masyarakat kapitalis dan masyarakat komunis terdapat suatuy masa peralihan dimana terjadi transformasi secara revolusioner dari masyarakat kapitalis menjadi masyarakat komunis. Ini sesuai dengan adanya masyarakat peralihan politik dimana Negara merupakan, tidak lain dan tidak bukan, dictator revolusioner dari kaum proletar.















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Karl Marx meruapak salah satu  filsafat yang  paling berpengaruh di dalam perkembangan sejarah. Kemampuan gagasan Marx untuk berdialektika dengan zaman, menjadikannya pemikir yang tidak pernah sepi dari kritikan dan pujian atasnya. Namun, apapun tanggapan dunia terhadapnya, kehadirannya telah menggerakkan kesadaran kelompok buruh, budak dan aktivis sosialis untuk mengorganisir diri dan berjuang mewujudkan perubahan.
Pendapat Karl Marx tentang tujuan akhir berupa masyarakat tanpa kelas sebenarnya merupakan suatu yang paradoks dengan konsep dialektis itu sendiri. Dialektisisme merupakan sebuah proses yang terus menerus sehingga tidak akan tercipta kemandegan. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana mungkin masyarakat tanpa kelas akan terwujud? Bukankah dalam proses bermasyarakat tetap harus ada pembagian kerja? Teori masyarakat tanpa kelas Marx memang semacam utopisme yang penuh paradoks dalam teori-teorinya. Pandangan Marx tentang sejarah yang saintifik telah mereduksi kemanusian. Mansia hanya menjadi korban dari barang-barang produksi dan tidak lagi memiliki independensi.












DAFTAR PUSTAKA

Adams, Ian. “Ideologi Politik Mutakhir”. CV. Qalam. Yogyakarta. 2004
Adian, Donny Gahral, 2006, Percik Pemikiran Kontemporer, Yogyakarta: Jalasutra
Bagus, Lorens, 2000, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia
Hart, Michael H., 1992, Seratus Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Sejarah, terj.
Mahbub Djunaedi, Jakarta: Pustaka Jaya
Rius, 2000, Marx Untuk pemula, Yogyakarta: Insist
Santoso, Listiyono, dkk., 2007, Epistemologi Kiri, Yogyakarta: Ar-Ruz Media
Sumber http://rumahputih.net . Diakses pada 20 Oktober 2008
Suseno, Franz Magnis, 2001, Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis Ke
Perselisihan Revisionisme, Jakarta: Gramedia





Share this article :
Comments
0 Comments

Posting Komentar

 
Support : Gemapadi | Hairil Sadik | Johny Template | Mas Templatea | Noto Mardana
Copyright © 2014. Private Blog Kho Khocez (Irawan Palipun) - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by Kho Khocez
Proudly powered by Blogger