BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sejarah
akan berbeda sekarang ini tanpa Karl Marx. Demikian salah satu kesimpulan Franz
Magnis Suseno mengenai pemikiran Karl Marx. Tidak
mengherankan jika Michael Hart meletakkan Karl Max di tempat yang tinggi dalam susunan
Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam sejarah. Pada masa jayanya, jumlah
manusia yang sedikitnya terpengaruh oleh Marxisme mendekati angka 1,3 milyar.
Jumlah penganut ini lebih besar dari jumlah penganut ideologi mana pun sepanjang sejarah manusia.
Pengaruh
pemikiran Karl Marx tidak bisa diragukan lagi dalam sejarah perjalanan dunia
ini. Marx tidak hanya merangsang perubahan cara berpikir, akan tetapi juga
mengubah cara manusia bertindak. Seperti dikatakan Marx sendiri, “Para filosof
hanya menginterpretasikan dunia dalam berbagai cara; masalahnya adalah
bagaimana mengubah dunia.” Hal inilah yang kemudian membedakan Marx dari
filosof lain, misalnya, Auguste Comte atau Martin Heidegger, bahkan David Hume
yang hanya sanggup mengubah cara manusia berfikir. Meskipun tidak bisa
dipungkiri juga bahwa perubahan pemikiran ini berdampak pada kehidupan
masyarakat luas, namun efeknya tidak sebesar Karl Marx. Filsafat Marx lebih
diletakkan untuk mengubah dunia. Bahkan sebagai ideologi, “Marxisme”
menyemangati sebagian besar gerakan buruh sejak akhir abad ke-19 dan dalam abad
ke-20 yang mendasari kebanyakan gerakan pembebasan sosial.
Makalah
ini mula-mula akan mengemukakan tentang latar belakang hidup Marx, kemudian
perjalanan intelektualnya sebagai penerus Hegel dan pembaruan serta pengkayaan
terhadap pemikiran gurunya tersebut. Bagian mengenai Marxisme akan disinggung
sesudah pembahasan tentang perkembangan intelektual Marx.
B. Rumusan Masalah
Dari
uraian yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa teori marx memiliki
pengaruh yang sangat luas dalam berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu, dalam
makalah ini, Kami bermaksud memaparkan ide-ide utama dalam teori yang
dilahirkan oleh Karl Marx.
C.Tujuan
Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui ide-ide utama dalam teori yang dilahirkan oleh Karl Marx.
D. Manfaat
Penulisan
makalah ini diharapkan dapat menguak dan
menambah pengetahuan serta informasi mengenai Karl Marx.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biografi Karl Marx
Karl Marx, lahir di bulan Mei 1818
di Trier, Jerman. Ayahnya seorang pengacara yang beberapa tahun sebelumnya
pindah agama Yahudi menjadi Kristen Protestan. Perpindahan agama ayahnya yang
begitu mudah diduga merupakan alasan mengapa Karl Marx tidak pernah tertarik
dengan Agama. Ayahnya mengharapkan Marx menjadi notaris sebagaimana ayahnya.
Karl Marx sendiri lebih menyukai untuk menjadi Penyair daripada seorang ahli
hukum. Hukum merupakan ilmu yang digemari pada saat itu. etengah semester ia
bertahan, dan melompat ke Universitas Berlin, fokus pada filsafat. Masih
semester dua, Marx sudah masuk kelompok diskusi paling ditakuti di kampus itu,
Klub Para Doktor, dan menjadi anggota yang paling radikal. Kelompok ini selalu
memakai Filsafat Hegel untuk menyerang kekolotan Prussia. Tak heran, klub ini
pun digelari “Kaum Hegelian Muda”. Namun karena mereka juga menentang agama
Protestan, klub ini digolongkan menjadi Hegelian Kiri, lawan Hegelian Kanan,
yang menafsirkan Hegel sebagai teolog Protestan.
Pada tahun 1841, Marx dipromosikan
menjadi doktor dengan disertasi “The Difference between The Natural
Philosophy of Democritus and Epicurus”. Kertas kerja dan pengantar
disertasi ini secara jelas menunjukkan Marx sangat Hegelian, dan antiagama. Hal
terakhir ini juga yang membuat Marx dicap sesat, dan mulai dijauhi
rekan-rekannya. Marx tumbuh di tengah pergolakan politik yang dikuasai oleh
kekuatan kapitalis para Borjuis yang menentang kekuasaan aristokrasi feodal dan
membawa perubahan hubungan sosial. Meskipun ia memperjuangkan kelas orang-orang
tertindas sebagai referensi empiris dalam mengembangkan teori filsafatnya.
Selama hampir setahun ia menjadi pimpinan redaksi sebuah harian radikal 1843,
sesudah harian itu dilarang oleh pemerintah Prussia, ia kawin dengan Jenny Von
Westphalen, putri seorang bangsawan, dan pindah ke Paris. Di sana ia tidak
hanya berkenalan dengan Friedrich Engels (1820-1895) yang akan menjadi teman
akrab dan “penerjemah” teori-teorinya melainkan juga dengan tokoh-tokoh sosialis
Perancis. Dari seorang liberal radikal ia menjadi seorang sosialis. Beberapa
tulisan penting berasal waktu 1845, atas permintaan pemerintah Prussia, ia diusir oleh pemerintah Perancis
dan pindah ke Brussel di Belgia. Dalam tahun-tahun ini ia mengembangkan
teorinya yang definitif. Ia dan Engels terlibat dalam macam-macam kegiatan
kelompok-kelompok sosialis. Bersama dengan Engels ia menulis Manifesto Komunis
yang terbit bulan Januari 1848. Sebelum kemudian pecahlah apa yang disebut
revolusi’48, semula di Perancis, kemudian juga di Prussia dan Austria. Marx
kembali ke Jerman secara ilegal. Tetapi revolusi itu akhirnya gagal. Karena
diusir dari Belgia, Marx akhirnya pindah ke London dimana ia akan menetap untuk
sisa hidupnya.
Di London mulai tahap baru dalam
hidup Marx. Aksi-aksi praktis dan revolusioner ditinggalkan dan perhatian
dipusatkannya pada pekerjaan teroritis, terutama pada studi ilmu ekonomi.
Tahun-tahun itu merupakan tahun-tahun paling gelap dalam kehidupannya. Ia tidak
mempunyai sumber pendapatan yang tetap dan hidup dari kiriman uang
sewaktu-waktu dari Engels. Keluarganya miskin dan sering kelaparan. Karena
sikapnya yang sombong dan otoriter, hampir semua bekas kawan terasing
daripadanya. Akhirnya, baru 1867, terbit jilid pertama Das Kapital, karya utama
Marx yang memuat kritiknya terhadap kapitalisme (jilid kedua dan ketiga baru
diterbitkan oleh Engels sesudah Marx meninggal). Tahun-tahun terakhir hidupnya
amat sepi dan tahun 1883 ia meninggal dunia.
2.2
Hegel dan Marx: Awal Perjalanan Intelektual
Setidaknya
filsafat Hegel mengandung hal yang bernilai seperti: teori tentang gerak
yang abadi, perkembangan dari jiwa yang universal, dan
terutama metode dialektika. Hal yang
disebut terakhir inilah yang akan dijelaskan lebih lanjut. Dialektika berarti
sesuatu itu hanya benar apabila dilihat dengan seluruh hubungannya. Dialektika
bisa juga dirumuskan sebagai teori tentang persatuan hal-hal yang bertentangan.
Contoh yang tepat untuk menjelaskan dialektika adalah dialog. Dalam setiap
dialog, terdapat sebuah tesis, yang kemudian melahirkan anti-tesis, dan
selanjutnya muncul sintesis. Proses demikian berulang terus menerus.
Hegel
menyatakan bahwa hukum dialektika ini memimpin perkembangan jiwa. Dunia menurut
Hegel berada dalam proses perkembangan. Namun
ia tidak menerapkan hukum ini lebih jauh lagi kepada alam dan masyarakat. Hegel
adalah seorang idealis. Menurut Hegel, esensi kenyataan bukanlah benda
materiil, melainkan jiwa. Idealisme berpandangan metafisika bahwa realitas yang
utama adalah ide atau gagasan.
Dari
pandangan Hegel tentang dialektika, Marx
kemudian menyusun kembali, membangun bangunan pemikiran yang lebih baik dari
gurunya tersebut. Marx tidak puas terhadap dialektika Hegel yang berpusat pada
ide/roh. Hal ini bagi Marx terlalu abstrak dan tidak menyentuh realitas
konkret. Pengertian ini tidak sesuai dengan tesis Karl Marx bahwa filsafat
harus mengubah cara orang bertindak. Dalam pandangannya, filsafat tidak boleh
statis, tetapi harus aktif membuat perubahan-perubahan karena yang terpenting
adalah perbuatan dan materi, bukan ide-ide. Manusia selalu terkait dengan
hubungan-hubungan kemasyarakatan yang melahirkan sejarah. Marx membalik
dialektika ide Hegel menjadi dialetika materi. Apabila Hegel menyatakan bahwa
kesadaranlah yang menentukan realitas, maka Marx mendekonstruksinya dengan
mengatakan bahwa praksis materiallah yang menentukan kesadaran.
Materialisme
adalah teori yang menyatakan bahwa semua bentuk dapat diterangkan melalui hukum
yang mengatur materi dan gerak. Meterialisme berpendapat bahwa semua kejadian
dan kondisi adalah sebab akibat lazim dari kejadian-kejadian dan
kondisi-kondisi sebelumnya. Dengan demikian, materialisme selalu memberikan
penekanan bahwa materi merupakan ukuran segalanya, melalui paradigma materi ini
segala sesuatu dapat diterangkan.
Materialisme
dialektis memiliki asumsi dasar bahwa benda merupakan suatu kenyataan pokok,
bahwa kenyataan itu benar-benar objektif, tidak semata berada dalam kesadaran
manusia. Konsekuensi logisnya adalah pengetahuan realitas secara otomatis
menjadi tidak bisa dipisahkan dengan kesadaran manusia. Bahkan materialisme
mengakui bahwa kenyataan berada di luar persepsi kita tentangnya, sehingga
kenyataan obyektif adalah penentu terakhir terhadap ide.
Pembalikan
Marx dari idealisme Hegel ke materialisme memang tidak berarti ia meninggalkan
dialektika Hegel. Materialisme Marx adalah materialisme dialektis yang meyakini
kebudayaan akan mengalami kemajuan. Jika dalam Hegel adalah realisasai total
roh absolut, maka dalam Marx kemajuan kualitatif tersebut berupa masyarakat
tanpa kelas (masyarakat yang tidak lagi didominasi materi). Visi Marx untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas
merupakan gambaran praksis dari ide dasar materialisme sosialisnya. Sistem
feodal yang tergantikan oleh sistem kapitalis telah membawa perubahan dalam
struktur ekonomi dan sosial. Marx yakin suatu saat, kapitalisme akan menemui
kehancuran dan melahirkan sintesis, komunis sebagai ideologi kekuatan baru,
masyarakat tanpa kelas.
2.3
Marxisme
Marxisme
berawal dari tulisan-tulisan Karl Marx. Dalam arti luas, Marxisme berarti paham
yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl
Marx. Pandangan-pandangan ini mencakup
ajaran Marx mengenai materialisme dialektis dan materialisme historis serta
penerapannya dalam kehidupan sosial. Marxisme
lahir dari konteks masyarakat industri Eropa abad ke-19, dengan semua
ketidakadilan, eksploitasi manusia khususnya kelas bahwa/kelas buruh. Menurut
analisa Marx, kondisi-kondisi dan kemungkinan-kemungkinan teknis sudah
berkembang dan merubah proses produksi industrial, tetapi struktur organisasi
proses produksi dan struktur masyarakat masih bertahan pada tingkat lama yang
ditentukan oleh kepentingan-kepentingan kelas atas. Jadi, banyak orang yang
dibutuhkan untuk bekerja, tetapi hanya sedikit yang mengemudikan proses
produksi dan mendapat keuntungan. Karena maksud kerja manusia yang sebenarnya
adalah menguasai alam sendiri dan merealisasikan cita-cita dirinya sendiri,
sehingga terjadi keterasingan manusia dari harkatnya dan dari buah/hasil
kerjanya. Karena keterasingan manusia dari hasi kerjanya terjadi dalam jumlah
besar (kerja massa) dan global, pemecahannya harus juga bersifat kolektif dan
global.
Berbeda
dengan model-model sosialisme lama, Marxisme menyatakan dirinya sebagai
“sosialisme ilmiah”. Untuk mendukung klaim tersebut, Marx mendasarkan pada
penelitian syarat-syarat objektif perkembangan masyarakat. Marx menolak
pendasaran sosialisme pda pertimbangan-pertimbangan moral. Materialisme sejarah
merupakan dasar bagi sosialisme ilmiah tersebut. Marx yakin bahwa ia telah
menemukan hukum objektif perkembangan sejarah. Objek pencarian materialisme
historis adalah hukum-hukum gerakan dan perkembangan masyarakat insani yang
paling universal. Marx menciptakan suatu pemahaman sejarah menjadi seperti
sains yang pasti dan eksak. Karena hal itulah Marx menyatakan bahwa
sosialismenya bersifat ilmiah karena berdasarkan pada pengetahuan hukum-hukum
objektif perkembangan masyarakat.
Marxisme
pada hakekatnya bukanlah merupakan suatu penafsiran terhadap perubahan
proses-proses dalam masyarakat, akan tetapi merupakan sebuah terori yang
menyatakan bahwa hukum objektif perkembangan masyarakat dapat ditetapkan sama
seperti halnya penemuan-penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan sehingga bisa
bersifat pasti dan universal. Dengan mengajukan sosialisme ilmiah sebagai
penerapan hukum dasar alam pada masyarakat, teori Marx seakan-akan dibenarkan
oleh ilmu-ilmu alam, karena memiliki objektivitas seperti ilmu-ilmu alam
2.4
Pemikiran Karl Marx
Sebelum kita terjun ke
dalam dunia pemikiran Karl Marx, menurut penulisada baiknya, kita pahami
terlebih dahulu paradigma pemikiran Marx mengenaimanusia yang berlaku sebagai
subjek perubahan. Menurut Marx, manusia adalahmahkluk alamiah yang berkembang
dalam lintasan sejarah dunia. Manusia adalahmakhluk kreatif dengan hasrat dan
kekuatan. Manusia dalam sejarahnya telahmengubah objek-objek sejarah alamiah
dan telah menciptakan kebudayaan diseluruh dunia. Hal inilah yang mendorong
Marx untuk berpandangan bahwasejarah di dunia akan selalu mengikuti
perkembangan manusia, dimana dalam proses ini, bangsa manusia, akan
menemukan sendiri objeknya dalam upayameraih aktualisasi diri.Bagi Marx, apa
yang bisa menyatukan semua elemen eksistensi manusia bukanlah ‘semangat
zaman’ ( zeitgeist ), tetapi kondisi material dari kehidupan
darikehidupan orang. Adalah ekonomi dan struktur sosialnya yang menentukankarakter
setiap zaman. Perubahan dari faktor-faktor dasar ini yang menjadikekuatan
pendorong sejarah, yang melahirkan revolusi sebagai tanda transisi darisatu
tahap perkembangan ke tahap perkembangan selanjutnya. Maka, konsepsisejarah ini
secara jelas mengokohkan pemikiran materialistis. Teori dasar inisering disebut
materialisme dialektis.Marx menyetujui bahwa organisasi ekonomi-sosial memiliki
sifat yangsangat fundamental. Hal ini dimungkinkan karena ia tidak hanya
mempengaruhisemua aspek kehidupan yang lain, tetapi juga menentukan sifat dari
semua aspek itu. Akibatnya, hukum, pemerintahan, pendidikan, agama, seni,
kepercayaan, dannilai masyarakat merupakan hasil langsung dari organisasi
ekonomi-sosialtersebut. Marx menyebut organisasi sosio-ekonomi ini dengan istilah
“substruktur (basis)”, sementara sisi lain yang lain disebut dengan
“superstruktur”, prinsip dasar dari teori Marx adalah bahwa substruktur
menentukan suprastruktur. Konsep pemikiran Marx mengenai perjuangan kelas dapat
kita telusuri dari beberapa karyanya. Di dalam The Manifesto of the Comunist
Party yang ditulisnya bersama Engels.
·
Infrastruktur Ekonomi dan Superstruktur
Sosial budaya
Marx berulang-ulang menekankan
ketergantungan politik pada struktur ekonomi, tipe analisa yang sama berlaku
untuk pendidikan , agama, keluarga, dan semua institusi sosial lainnya. Sama
halnya dengan kebudayaan suatu masyarakat, termasuk standar-standar
moralitasnya, kepercayaan-kepercayaan agama, sistem-sistem filsafat, ideologi
politik, dan pola-pola seni serta kreativitas sastra juga mencerminkan
pengalaman hidup yang riil dari orang-orang dalam hubungan-hubungan ekonomi
mereka. hubungan antara infrastruktur ekonomi dan superstruktur budaya dan
struktur sosial yang dibangun atas dasar itu merupakan akibat langsung yang
wajar dari kedudukan materialisme historis. Adaptasi manusia terhadap
lingkungan materilnya selalu melalui hubungan-hubungan ekonomi tertentu, dan
hubungan-hubungan ini sedemikian meresapnya hingga semua hubungan-hubungan
sosial lainnya dan juga bentuk-bentuk kesadaran, dibentuk oleh hubungan ekonomi
itu.
Mengenai determinisme ekonomi
Marx tidak menjelaskan secara konsisten, sekalipun ekonomi merupakan dasar
seluruh sistem sosio budaya, institusi-institusi lain dapat memperoleh otonomi
dalam batas tertentu, dan malah memperlihatkan pengaruh tertentu pada struktur
ekonomi. Pada akhirnya struktur ekonomi itu tergantung terhadapnya.
·
Kegiatan dan Alienasi
Inti seluruh teori Marx adalah
proposisi bahwa kelangsungan hidup manusia serta pemenuhan kebutuhannya tergantung
pada kegiatan produktif di mana secara aktif orang terlibat dalam mengubah
lingkungan alamnya. Namun, kegiatan produktif itu mempunyai akibat yang
paradoks dan ironis, karena begitu individu mencurahkan tenaga kreatifnya itu
dalam kegiatan produktif , maka produk-produk kegiatan ini memiliki sifat
sebagai benda obyektif yang terlepas dari manusia yang membuatnya.
Tentang alienasi menurut Marx
merupakan akibat dari hilangnya kontrol individu atas kegiatan kreatifnya
sendiri dan produksi yang dihasilkannya. Pekerjaan dialami sebagai suatu
keharusan untuk sekedar bertahan hidup dan tidak sebagai alat bagi manusia
untuk mengembangkan kemampuan kreatifnya. Alienasi melekat dalam setiap sistem
pembagian kerja dan pemilikan pribadi, tetapi bentuknya yang paling ekstrem ada
di dalam kapitalisme, dimana mekanisme pasar yang impersonal itu, menurunkan
kodrat manusia menjadi komoditi, dilihat sebagai satu pernyataan hukum alam dan
kebebasan manusia. bentuk ekstrem alienasi itu merupakan akibt dari perampasan produk
buruh oleh majikan kapitalisnya.
Marx menekankan bahwa alienasi
kelihatannya benar-benar tidak dapat dielakkan dalam pandangan mengenai kodrat
manusia yang paradoks. Di satu pihak manusia menuangkan potensi manusiawinya
yang kreatif dalam kegiatannya, dilain pihak, produk-produk kegiatan kreatifnya
itu menjadi benda yang berada di luar kontrol manusia yang menciptakannya yang
menghambat kreativitas mereka selanjutnya.
Bagi Marx alienasi akan
berakhir, bila manusia mampu untuk mengungkapkan secara utuh dalam kegiatannya
untuk mereka sendiri, sehingga ekspolitasi dan penindasan tidak menjangkiti
manusia lagi.
·
Kelas Sosial, Kesadaran Kelas, dan
Perubahan sosial
Salah satu kontradiksi yang
paling mendalam dan luas yang melekat dalam setiap masyarakt di mana ada
pembagian kerja dan pemilikan pribadi adalah pertentangan antara
kepentingan-kepentingan materil dalam kelas-kelas sosial yang berbeda. Marx
memang bukan orang pertama yang menmukan konsep kelas, tapi menurut Marx
pembagian kelas dalam masyarakat adalah pembagian antara kelas-kelas yang
berbeda, faktor yang paling penting mempengaruhi gaya hidup dan kesadaran
individu adalah posisi kelas. Ketegangan konflik yang paling besar dalam
masyarakat, tersembunyi atau terbuka adalah yang terjadi antar kelas yang
berbeda, dan salah satu sumber perubahan sosial yang paling ampuh adalah muncul
dari kemenangan satu kelas lawan kelas lainnya.
Marx beranggapan bahwa pemilikan
atau kontrol atas alat produksi merupakan dasar utama bagi kelas-kelas sosial
dalam semua tipe masyarakat, dari masyarakat yang primitif sampai pada
kapitalisme modern.
Mengenai konsep kelas Marx,
mengidentifikasikan tiga kelas utama dalam masyarakat kapitalis, yaitu buruh
upahan, kapitalis, dan pemilik tanah. Kelas tersebut dibedakan berdasarkan
pendapatan pokok yakni upah, keuntungan, sewa tanah untuk masing-masinnya.
Selanjutnya Marx juga melakukan pembedaan antara dimensi obyektif dan subyektif
antara kepentingan kelas. Kesadaran kelas merupakan satu kesadaran subyektif
akan kepentingan kelas obyektif yang mereka miliki bersama orang-orang lain
dalam posisi yang serupa dalam sistem produksi. Konsep “kepentingan” mengacu
pada sumber-sumber materil yang aktual yang diperlukan kelas untuk memenuhi
kebutuhan atau keinginan individu. Kurangnya kesadaran penuh akan kepentingan
kelas sangat berhubungan dengan penerimaan yang berkembang untuk mendukung
kelas dominan dan struktur sosial yang ada. Pengaruh ideologi inilah yang
memunculkan “kesadaran palsu”.
Bila nanti terjadi krisis
ekonomi dalam sistem kapitalis, menurut Marx akan menjelaskan bahwa
kontradiksi-kontradiksi internal dalam kapitalisme akan mencapai puncak
gawatnya dan sudah tiba waktunya bagi kaum proletar untuk melancarkan suatu
revolusi yang berhasil
·
Kritik Terhadap Masyarakat Kapitalis
Menurut Marx dalam Das kapital,
ia menekankan bahwa untuk mengungkapkan dinamika-dinamika yang mendasar dalam
sistem kapitalis sebagai sistem yang bekerja secara aktual, yang berlawanan
dengan versi yang diberikan oleh para ahli ekonomi politik sangat bersifat
naif.
Marx menerima teori nilai tenaga
kerja dari nilai pasar suatu komoditi ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
menghasilkan produksi itu. nilai merupakan faktor utama menetukan harga
komoditi.
Gagasan Marx dalam hal ini
selanjutnya dikenal dengan istilah “surplus Value” atau teori nilai lebih yaitu
pertukaran yang tidak proporsional antara nilai pakai dan nilai tukar. Dalam
hal ini keuntungan yanng lebih besar dimiliki oleh para kapitalis, dan buruh
tidak berkuasa atas nilai lebih yng telah dihasilkannya sebagai tenaga kerja.
Ketika Marx hidup waktu Di Eropa
sedang terjadi revolusi industri, lalu dalam hal ini Marx melakukan kritik atas
ekspansi kapitaslis dan korelasinya dengan krisis ekonomi. Menurut marx
penggunaan mesin baru yang hemat buruh merusakkan keseimbangan antara kemampuan
produktif dan permintaan, dan karena itu mempercepat krisis ekonomi. Selain itu
juga menurut marx eskpansi Kapitalis akan membuat individu-individu semakin
teralienasi. Dan paradoks atas kapitalisme akan muncul.
2.5
Kritik Terhadap Pemikiran Karl Marx
Berdasarkan
analisis deskriftif yang dikemukakan di atas, penulismencoba untuk melakukan
sebuah proses kontemplasi kritis terhadap pemikiran- pemikiran Karl Marx,
khususnya dalam menyimak dan melihat konsepsi pemikiran Marx mengenai
perjuangan kelas. Berlandaskan pada asumsi TomBottomore dalam Suhelmi yang
menyatakan bahwa ada dua hal utama dari teoriMarx yang rentan untuk dikritik:
Pertama , Marx
terlalu berlebihan dalam melihatkelas-kelas sosial dan kelas konflik sebagai
unsur determinatif dalam menjelaskan perubahan struktural dalam sejarah
manusia.
Kedua,
teori-teori Marx kurangmampu dan relevan dalam menjelaskan jumlah tipe
stratifikasi sosial.
2.6
Teori Karl Marx (1818 - 1883)
Aliran Matrealisme berbeda dengan Aliran Positivisme. Teori
Positivisme membatasi diri pada fakta-fakta dimana teori ini menolak tiap-tiap
keterangan yang melampaui fakta-fakta. Karena alasan inilah dalam rangka
Positivisme tidak ada tempat untuk metafisika. Sedangkan Matrealisme mengatakan
bahwa realistis seluruhnya terdiri dari materi. Itu berarti tiap-tiap benda
atau kejadian dapat dijabarkan kepada materi atau salah satu proses materiil.
Kiranya sudah jelas bahwa materialisme mengakui kemungkinan metafisika, karena
Materialisme sendiri berdasarkan suatu metafisika. Pada masa pertengahan abad
ke-19 materialisme mempunyai peranan penting. Tetapi materialism sendiri
dibedakan menjadi dua macam. Pertama, terdapat aliran yang meneruskan
materialisme dari masa Auklarung. Materialism bentuk ini terutama dianut dalam
kalangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan para pengikutnya menganggap prinsip
materialistis sebagai sebuah Ilmu Pengetahuan. Karena hal inilah maka,
materialism ini sering disebut “Materialisme Ilmiah” di sini memang pada
tempatnya. Kedua, materialisme dari sudut pandang filsafat, materialisme ini
tidak begitu menarik, tetapi harus diakui bahwa kalangan populer pengaruhnya
besar sekali. Dari kalangan filsafat lahirnlah Teori Evolusi dalam kalangan
luas dengan menggunakan prinsip materialisme. Di lain pihak terdapat suatu
materialisme yang timbul sebagai reaksi atas idealisme. Dari sudut filsafat,
aliran ini pantas diberi perhatian. Menurut (Bertens : 1998, hal 76).
Seperti yang telah dikemukakan, menurut Hegel, puncak
perkembangan sejarah terdapat dalam zaman ketika Hegel hidup, sedang puncak
perkembangan filsafat terdapat pada filsafat Hegel sendiri. Akan tetapi
pandangan yang demikian dibatalkan oleh perkembangan zaman dan perkembangan
filsafat Hegel itu sendiri. Sebab berdasarkan dialetika Hegel sendiri,
penutupan yang semu, yang terdapat dalam filsafat Hegel, ditentang oleh
pertentangan-pertentangan baru. Disamping itu timbullah kemajuan yang pesat
sekali di bidang Ilmu Pengetahuan yang khusus, baik di bidang Ilmu Pengetahuan
Alam maupun di bidang Ilmu Pengetahuan Rohani. Hal in dengan sendirinya memaksa
adanya pemikiran ulang terhadap penyamarataan yang dikemukakan Hegel.
Perlawanan terhadap filsafat hegel timbul dari pihak para ahli sejarah dan
aliran Romanitik. Kecuali penyelidikan murni terhadap fakta-fakta, juga
mengakibatkan kurangnya penghargaan terhadap pemikiran-pemikiran filsafat dan
keagamaan. Pada zaman ini masih muncul juga aliran Positivisme dan
Materialisme. Dengan demikian timbullah pangkal-pangkal pemikiran yang baru. Hal
ini semuanya mengakibatkan adanya perpecahan diantara pengikut Hegel. Timbullah
sayap kanan yang lebih konservatif dan sayap kiri yang lebih progresif.
Keduanya segera menjauhak diri dari Hegel. Menurut (Harun Hadiwijoyo : 1980,
hal 117).
Tidak lama sesudah Hegel meninggal murid-muridnya
berpecah-pecah dalam dua golongan: Hegelian sayap kanan dan Helegian sayap
kiri. Para filsuf Hegelian sayap kanan bersifat konservatif. Mereka menganggap
filsafat Hegel sebagai semacam titik akhir. Dan atas dasar filsafat itu mereka
mendukung status quo dalam bidang politik (Negara Prusia waktu itu) dan membela
hak agama Kristen melawan semua serangan yang dilancarkan oleh pihak lain. Para
filsuf Hegelian sayap kiri menolak memandang filsafat Hegel sebagai suatu
pemikiran yang definitive dan dengan menggunakan prinsip Hegelian mereka
berusaha meneruskan filsafat Hegel. Mereka memeluk pendirian-pendirian ekstrem
baik dalam bdiang politik maupun dalam bidang agama. Menurut (Bertens : 1998,
hal 77).
Salah seorang termasuk Hegelian sayap kiri adalah Ludwig
Feuerbach (1804 – 1872). Dalam masa mudanya ia meninggalkan studi teologi agar
dapat belajar filsafat Hegel sendiri. Kemudian ia mengalami sukses besar dengan
kritiknya atas hegel. Ia memandang Hegel sebagai puncak rasionalisme modern.
Dalam rasionalisme – katanya – dan khususnya pada Hegel selalu terdapat suatu
suasana religius yang mengakibatkan bahwa dunia materiil, manusia dan
pengenalan inderawi tidak mendapat penghargaan semestinya. Maka dari itu
Feuerbach ingin merancang suatu metafisika materialistis, suatu etika yang
bersifat humanistis, dan suatu epistemology yang menjunjung tinggi pengenalan
inderawi. Dengan demikian ia mau mengganti idealisme dengan materialisme. Buku
Feuerbach yang menimbulkan amat banyak protes dan diskusi berjudul Das Wesen
des Christentums (1841) (Perihal Hakikat Agama Kristen). Buku ini merupakan
percobaan untuk mengartikan adanya agama dengan menggunakan
argumentasi-argumentasi yang bersifat psikologis. Menurut pendapat Feuerbach,
kepercayaan manusia akan Allah berasal dari keinginan hati manusia. Karena
manusia sendiri tidak merasa bahagia di dunia ini dan mengalami berbagai-bagai
kekuarangan, ia mulai membayangkan di luar dirinya suatu Wujud yang sama sekali
sempurna dan bahagia, yaitu Allah. Feuerbach membalikkan suatu perkataan
Alkitab (Kitab Kejadian 1:26) dengan berkata: “manusia menciptakan Allah
menurut citranya sendiri”. Tetapi – katanya – teologi harus menjadi
antropologi. Manusia mesti bangun dari impiannya. Ia sendiri harus mengusahakan
dunia yang bahagia dengan menaklukkan alam. Kultur dan ilmu pengetahuan
memungkinkan usaha manusia itu. Dalam kalangan ateis pada abad ke-19 dan ke-20
kritik Feuerbach atas agama Kristen mempunyai pengaruh besar, terutama melalui
Karl Marx yang sebagian besar mengambil alih gagasan itu. Menurut (Bertens :
1998, hal 77).
Karl Marx (1818 – 1883) belajar ilmu
hukum di Bonn dan kemudian di Berlin, dimana dia merasa tertarik dengan
teori filsafat Hegel. Tidak lama sesudah berkenalan dengan filsafat hegel, ia
sendiri menjadi tokoh terkenal dalam kalangan Hegelian berhaluan kiri. Karena
pikiran-pikirannya yang terlalu ekstrem, dia berpendapat bahwa dia tidak
mungkin mengharapkan karir akademisnya. Setelah menamatkan studinya dengan
sebuah disertasi tentang filsafat Yunani, ia menjadi wartawan dan kemudian
redaktur pada suatu harian yang diterbitkan di kota Koln. Karena tulisannya
selalu mengkritik pemerintahan akhirnya marx mendapat tindakan dari pemerintah
Prusia, akibatnya marx mengambil keputusan untuk meninggalkan Jerman. Marx
pindah ke Paris (Prancis) dan bertemu dengan Friedrich Engels (1820 – 1895),
anak pemilik pabrik tenun di Barmen (Jerman). Perjumpaan ini sangat menentukan
untuk masa depan Karl Marx. Sampai akhir hidupnya Marx bersahabat dengan egels
dan tidak jarang terjadi bahwa Engels member bantuan materiil kepadanya, supaya
marx sanggaup mengerjakan pekerjaan ilmiahnya. Dalam banyak hal Marx dan Engel
bekerjasama dan juga menerbitkan karangan-karangan yang merupakan buah
pene mereka bersama, sehingga seringkali tidak dapat dipastikan bagian mana
yang berasal dari masing-masing. Ketika Marx meninggalkan Prancis, ia berpindah
ke Brussel. Di kota tersebut Marx dan Engels lebih intensif mengarahkan
perhatian kepada politik internasional, hal ini dilatarbelakangi oleh
pekerjaannya sebagai wartawan menyebabkan ia berkecimpung dalam politik yang
praktis. Hal ini menjadikan Marx dapat secara langsung berhubungan dengan
kenyataan kemasyarakatan. Ia mulai belajar ekonomi negara secara mendalam. Marx
dan Engels menjadi anggota “ Perhimpunan Komunis “ dan atas permintaan
organisasi ini mereka menyusun Manifesto Komunis (1884), suatu pernyataan dari
pihak komunis pada ketika suasana revolusioner dirasakan di banyak tempat di
Eropa. Waktu itu revolusi Jerman pada tahun 1848 Marx dan Engels pulang ke
Jerman dan di sana mereka menerbitkan sebuah harian. Tetapi revolusi saat itu
mengalami kegagalan, Marx kembali lagi ke Paris dan akhirnya menetap di London.
Di London pada tahun 1867 diterbitkan jilid pertama suatu buku yang berjudul
Das Kapital yang dinggap sebagai karya terpenting dan pokok karangan Marx.
Karena pekerjaan organisatorisnya dalam gerakan komunis dan karena kesehatannya
semakin terganggu, Marx sendiri tidak sanggaup menyelesaikan buku ini. Sesudah
marx meninggal di London, maka Engels menyelesaikan buku Das Kapital jilid II
dan III masing-masing pada tahun 1885 dan 1894. Menurut (Bertens : 1998, hal 78
; Harun hadiwijono : 1980, hal 118 ; Miriam Budiardjo : 2008, hal 140).
Marx tertarik oleh gagasan dialektik seperti yang
dibentangkan oleh Hegel, karena di dalamnya terdapat unsur kemajuan melalui
konflik dan pertentangan. Dan unsur inilah yang ia perlukan untuk menyusun
teorinya mengenai perkembangan masyarakat melalui evolusi. Untuk melandasi teori
sosial, ia merumuskan dulu teori mengenai materialisme dialektis (dialectical
materialism), kemudian konsep-konsep ini dipakainya untuk menganalisa sejarah
perkembangan masyarakat yang dinamakannya materialisme historis (historical
materialism). Atas dasar analisa terakhir ia sampai pada kesimpulan bahwa
menurut hukum ilmiah, dunia kapitalis akan mengalami revolusi (yang olehnya
disebut revolusi prolentar) yang akan menghancurkan sendi-sendi masyarakat itu,
dan akan meratakan jalan untuk timbulnya masyarakat komunis.
1.
Materialisme Dialektis
Dari
ajaran Hegel, Marx mengambil dua unsur, yaitu gagasan mengenai terjadinya
pertentangan antara segi-segi yang berlawanan, dan gagasan bahwa semua
berkembang terus. Dalam hal itu Marx menolak asas pokok dari aliran idealism
bahwa hukum idealetik hanya berlaku di dalam dunia yang abstrak, yaitu dalam
pikiran manusia. Marx menandaskan bahwa hukum dialektik terjadi dalam dunia
kebendaan (dunia materi) dan sesuai dengan pandangan itu, ia menamakan
ajarannya Materialisme. Selanjutnya ia berpendapat bahwa setiap benda atau
keadaan (Phenomenon) dalam tubuhnya sendiri menimbulkan segi-segi yang
berlawanan (opposites). Segi-segi yang berlawanan dan bertentangan satu sama
lain dinamakan kontradiksi. Dari pergumulan ini akhirnya timbul semacam
keseimbangan; dikatakan bahwa benda atau keadaan telah di negasi-kan. Menurut
(Miriam Budiardjo : 2008, hal142).
Sesuai dengan hukum dialektik, gerak ini terus terjadi
sehingga setiap kali ditimbulkan suatu negasi yang lebih baru. Setiap negasi
dianggap sebagai kemenangan yang baru atas yang lama, suatu kemenangan yang
dihasilkan oleh kontadiksi-kontradiksi dalam tubuhnya sendiri. Jadi, setiap
objek dan phenomenon melahirkan benih-benih untuk penghancuran diri sendiri
untuk selanjutnya diubah menjadi sesuatu yang lebih tinggi mutunya. Negasi
dianggap sebagai penghancuran dari yang lama, sebagai hasil dari perkembangan
sendiri yang diakibatkan oleh kontradiksi-kontradiksi intern. Jadi, setiap
phenomenon bergerak dari taraf yang rendah ke taraf yang lebih tinggi, bergerak
dari keadaan yang sederhana ke arah yang lebih kompleks. Gerak ini terjadi
dengan melompat-lompat melalui gerak spriral ke atas dan tidak melalui gerak
lurus ke atas. Dengan tercapainya negasi yang tertinggi maka selesailah
perkembangan dialektis.
2.
Materialisme Historis
Pokok-pokok materialisme dialektis dipakai oleh Marx untuk
menganalisa masyarakat dari permulaan zaman sampai masyarakat pada zaman Marx
berada. Maka dari itu, teori ini disebut materialisme histoeikal (historical
materialism). Dan karena materi oleh Marx diartikan sebagai keadaan ekonomi,
maka teori Marx juga sering disebut “analisa ekonomis terhadap sejarah”
(economic interpretation of history). Dalam menjelaskan teorinya Marx
menekankan bahwa sejarah (yang dimaksud hanyalah sejarah Barat) menunjukkan
bahwa masyarakat zaman lampau berkembang menurut hukum-hukum dialektis (yaitu
maju melalui pergolakan yang disebabkan oleh kontradiksi-kontradiksi intern
melalui suatu gerak spiral ke atas) sampai menjadi masyarakat dimana Marx
berada. Menurut (Miriam Budiardjo : 2008, hal143).
Menurut Marx perkembangan dialektis
terjadi lebih dahulu dalam struktur bawah (atau basis) dari masyarakat, yang
kemudian menggerakan “struktur atasnya”. Basis dari masyarakat bersifat
ekonomis dan terdiri atas dua aspek, yaitu cara berproduksi (misalnya teknik
dan alat-alat) dan hubungan ekonomi (misalnya system hak milik, pertukaran dan
distribusi barang). Diatas basis ekonomi berkembanglah struktur atas yang
terdiri dari kebudayaan, ilmu pengetahuan, konsep-konsep hukum, kesenian,
agama, dan yang dinamakan ideologi. Perubahan sosial politik dalam masyarakat
disebabkan oleh perubahan dalam basis ekonomi yakni pertentangan atau
kontradiksi dalam kepentingan-kepentingan terhadap tenaga-tenaga produktif,
sedangkan lokomotif dari perkembangan masyarakat adalah pertentangan antara
kelas sosial.
Berdasarkan hukum dialetika, masyarakat telah berkembang
menjadi masyarakat kapitalis di mana Marx berada. Gerak dialektis ini mulai
pada saat komune primitive berkembang dari suatu masyarakat yang tidak mengenal
milik pribadi dan tidak mengenal kelas menjadi masyarakat yang mulai mengenal
milik pribadi serta pembagian kerja, dank arena itu mengenal juga pembagian
dalam kelas-kelas sosial. Jadi, masyarakat yang semula bersifat komune primitive
pada suatu ketika menjadi masyarakat berkelas dan pada saat itulah gerak
dialektis mulai. Gerak ini disebabkan oleh pertentangan antara dua kelas utama
di dalam masyarakat. Dalam masyarakat berkelas pertama, yaitu masyarakat budak,
terjadi pertentangan antara kelas budak. Masyarakat budak secara dialektis
berubah menjadi masyarakat feudal yang pada gilirannya pula terdorong oleh
pertentangan antara kelas pemilik tanah dan kelas penggarap ranah –
pertentangan yang dimenangkan oleh borjuasi – berubah menjadi masyarakat
kapitalis. Menurut teori sosial ini, maka masyarakat kapitalis, terdorong oleh
pertentangan antara kaum kapitalis dan kaum proletar, akan berubaha sebagai
gerak dialektis terakhir menjadi masyarakat komunis.
Perkembangan ini menurut Marx adalah tidak terelakkan,
karena sudah merupakan hukum sosial. Dalam usaha mencapai masyarakat komunis,
kaum proletar akan memainkan peranan penting, mereka merebut kekuasaan dari
tangan kapitalis, mengambil alih segala alat produksi dan melalui tahap transisi
yang dinamakan dictator proletariat akhirnya akan tercapailah masyarakat
komunis. Mengenai dictator proletariat dikatakan oleh Marx:
Antara
masyarakat kapitalis dan masyarakat komunis terdapat suatuy masa peralihan
dimana terjadi transformasi secara revolusioner dari masyarakat kapitalis
menjadi masyarakat komunis. Ini sesuai dengan adanya masyarakat peralihan
politik dimana Negara merupakan, tidak lain dan tidak bukan, dictator
revolusioner dari kaum proletar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Karl Marx meruapak salah satu filsafat yang
paling berpengaruh di dalam perkembangan sejarah. Kemampuan gagasan Marx
untuk berdialektika dengan zaman, menjadikannya pemikir yang tidak pernah sepi
dari kritikan dan pujian atasnya. Namun, apapun tanggapan dunia terhadapnya,
kehadirannya telah menggerakkan kesadaran kelompok buruh, budak dan aktivis
sosialis untuk mengorganisir diri dan berjuang mewujudkan perubahan.
Pendapat Karl Marx tentang tujuan akhir berupa masyarakat
tanpa kelas sebenarnya merupakan suatu yang paradoks dengan konsep dialektis
itu sendiri. Dialektisisme merupakan sebuah proses yang terus menerus sehingga
tidak akan tercipta kemandegan. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana mungkin
masyarakat tanpa kelas akan terwujud? Bukankah dalam proses bermasyarakat tetap
harus ada pembagian kerja? Teori masyarakat tanpa kelas Marx memang semacam
utopisme yang penuh paradoks dalam teori-teorinya. Pandangan Marx tentang
sejarah yang saintifik telah mereduksi kemanusian. Mansia hanya menjadi korban
dari barang-barang produksi dan tidak lagi memiliki independensi.
DAFTAR PUSTAKA
Adams,
Ian. “Ideologi Politik Mutakhir”. CV. Qalam. Yogyakarta. 2004
Adian, Donny Gahral, 2006, Percik Pemikiran Kontemporer,
Yogyakarta: Jalasutra
Bagus, Lorens, 2000, Kamus Filsafat, Jakarta:
Gramedia
Hart,
Michael H., 1992, Seratus Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Sejarah, terj.
Mahbub
Djunaedi, Jakarta: Pustaka Jaya
Rius,
2000, Marx Untuk pemula, Yogyakarta: Insist
Santoso,
Listiyono, dkk., 2007, Epistemologi Kiri, Yogyakarta: Ar-Ruz Media
Sumber
http://rumahputih.net . Diakses pada 20 Oktober 2008
Suseno,
Franz Magnis, 2001, Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis Ke
Perselisihan Revisionisme, Jakarta: Gramedia