BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Sumber daya manusia menempati posisi
penting dalam usaha untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah direncanakan. Oleh karena itu usaha yang harus
dilakukan organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya atau pertumbuhannya
semakin tergantung pada pengelolaan sumber daya manusianya. Organisasi
merupakan kumpulan orang-orang yang memiliki visi dan misi yang sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Faktor yang paling penting dalam suatu
organisasi adalah sumber daya manusia yang sesuai dengan aktivitas dan kegiatan
organisasi yang dijalankan. Organisasi menyadari bahwa usaha mengelola sumber
daya manusianya tidak berhenti pada suatu anggapan orang merupakan aset
penting, tetapi menterjemahkan keyakinan ini ke dalam praktek dan prosedur
manajemen sumber daya manusia sehari-hari.
Peningkatan
prestasi kerja sumber daya manusia tergantung pada peran motivasi yang
diberikan pemimpin dalam mengarahkan perilaku bawahannya untuk mencapai tujuan
organisasi secara efisien dan efektif karena itu pemberian motivasi bagi
karyawan organisasi perlu diatur dan dibenahi kembali. Jika pemimpin kurang
memperhatikan terhadap cara-cara pemberian motivasi bagi karyawan atau
bawahannya maka berdampak rendah prestasi kerja bawahan. Kurangnya motivasi
karyawan dapat dilihat dari seringnya karyawan tidak masuk kerja, akibatnya
tugas utama mereka sebagai karyawan yaitu memberikan pelayanan kepada
masyarakat tidak dapat maksimal.
Motivasi merupakan kekuatan yang ada
dalam diri seseorang yang memberikan daya, memberikan arah dan memelihara
tingkah laku. Motivasi merupakan suatu proses psikologi yang mencerminkan
interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi dalam
diri seseorang. Motivasi adalah pemberian
kegairahan bekerja kepada pegawai. Dengan motivasi dimaksudkan daya perangsang kepada pegawai yang bersangkutan agar pegawai
tersebut bekerja dengan segala daya dan upayanya. Manullang, 1982 dalam (Prabu,
2005:20).
Motivasi dikatakan penting, karena pimpinan
atau manajer itu tidak sama dengan karyawan, karena seorang pimpinan tidak
dapat melakukan pekerjaan sendiri. Keberhasilan organisasi amat ditentukan oleh
hasil kerja yang dilakukan orang lain (bawahan). Untuk melaksanakan tugas
sebagai seorang manajer ia harus membagi-bagi tugas dan pekerjaan tersebut
kepada seluruh pagawai yang ada dalam unit kerjanya sesuai hirarkhi. Seorang
pimpinan harus mampu menciptakan suasana yang kondusif, memberikan cukup perhatian,
memberikan penghargaan terhadap prestasi kerja, menjalin komunikasi yang baik
dengan seluruh pegawai.
Banyak faktor yang mempengaruhi
motivasi kerja karyawan dalam bekerja, diantaranya kepuasan kerja. Kepuasan
kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaan yang terlihat pada
sikap positif dan negatif seseorang terhadap pekerjaan tersebut. kepuasan kerja
(job satisfaction) menurut Robbins (1996) adalah suatu sikap seseorang
terhadap pekerjaan sebagai perbedaan antara banyaknya ganjaran yang diterima
pekerja dan banyak yang diyakini yang seharusnya diterima.
Keadaan yang menyenangkan
dapat dicapai jika sifat dan jenis pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dan nilai yang dimiliki. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan
seseorang terhadap pekerjaannya ini nampak dalam sikap positif karyawan
terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.
Kepuasan kerja karyawan adalah terpenuhi
atau tidaknya keinginan mereka terhadap pekerjaan (Timmreck, 2001 dalam Muhadi,
2007: 11 ). Apabila dalam lingkungan kerja seorang karyawan tidak mendapatkan
apa yang diharapkan diantarannya peluang promosi yang adil, pendapatan yang
baik, rekan kerja dan atasan yang menyenangkan serta kepuasan terhadap
pekerjaan itu sendiri maka dapat dipastikan kinerja karyawan akan buruk. Pegawai
yang mendapatkan kepuasaan kerja akan melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik,
pegawai yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai
kematangan psikologi yang akan menyebabkan frustasi. Pegawai seperti ini
akan Sering melamun, semangat kerja yang rendah, cepat bosan dan lelah, emosi
tidak stabil, Sering absen dan melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya
dengan pekerjaan Yang harus dilakukan (Hasibuan, 2007). Ketika
seorang karyawan merasakan Kepuasan dalam bekerja maka seorang karyawan akan
berupaya semaksimal Mungkin menyelesaikan pekerjaannya, yang akhirnya akan
menghasilkan kualitas Pelayanan yang tinggi dan pencapaian tujuan perusahaan.
Kepuasan kerja
itu dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, menurut Luthans (1995) mengemukakan
bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja dapat
digunakan sebagai job descriptive
index (JDI) yang terdiri atas pembayaran seperti gaji, pekerjaan itu
sendiri, promosi pekerjaan, kepenyeliaan (Supervisi), dan hubungan rekan sekerja.
Dengan diterimanya perlakuanperlakuan tersebut oleh karyawan maka akan timbul
perasaan puas yang pada gilirannya akan timbul sikap komitmen pada diri
karyawan terhadap organisasinya sebagaimana dikemukakan juga oleh (Mathis dan
Jackson dalam Nugroho, 2009:32).
Robins (1996:40), mengartikan komitmen
sebagai derajat sejauh mana seorang karyawan memihak pada suatu instansi dan
tujuan-tujuannya dan berniat memelihara keanggotaan organisasi itu. Menurut
Mangkunegara (2005:61) komitmen kerja seorang karyawan merupakan kondisi atau
energi yang menggerakan diri karyawan yang tearah atau tertuju untuk tujuan
organisasi perusahaan.
Dalam suatu organisasi diharapkan adanya
komitmen penuh terhadap organisasi, tidak sekedar ketaatan kepada berbagai
ketentuan yang berlaku pada organisasi yang bersangkutan tetapi dalam
organisasi mutlak perlu menanamkan keyakinan dalam diri pada karyawan bahwa
dengan meningkatkan komitmen penuh pada organisasi, berbagai harapan, cita-cita
dan kebutuhan para karyawan akan terwujud dan terpenuhi, Siagian (2001) dalam
(Endy 2009:02).
Jadi komitmen karyawan mencakup unsur loyalitas
terhadap organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan, dan
identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. Di samping itu
komitmen karyawan mengandung pengertian sebagai suatu hal yang lebih dari
sekedar kesetiaan yang pasif melainkan menyiratkan hubungan pegawai dengan
perusahaan secara aktif. Karena pegawai yang menunjukkan komitmen tinggi
memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggungjawab yang lebih dalam
menyokong kesejahteraan dan keberhasilan organisasinya.
Pegawai yang merasa puas dengan pekerjaanya maka akan
memiliki komitmen terhadap organisasi. Imbalan atau gaji yang memuaskan bagi pegawai
juga akan menimbulkan komitmen terhadap organisasi. Adanya kesempatan untuk
promosi bagi pegawai membuat pegawai merasa lebih dihargai dan diperhatikan
sehingga pegawai merasa lebih nyaman berada dalam organisasi. Dukungan dan
perhatian dari atasan kepada pegawainya membuat pegawai merasa lebih
bersemangat dalam bekerja dan merasa nyaman untuk meneruskan keanggotaanya
dalam organisasi. Selain itu juga rekan kerja yang saling mendukung akan
membuat suasana kerja menjadi lebih kondusif sehingga menimbulkan komitmen
organisasi dalam diri karyawannya.
Peran motivasi serta kepuasan kerja belum
terlihat di PDAM Kota Ternate, sesuai dengan hasil pengamatan peneliti
didapatkan bahwa peran motivasi yang diberikan oleh pimpinan dinilai masih
kurang. Dalam memberikan motivasi kepada pegawai terkadang diberikan hanya
sepihak kepada unit-unit tertentu sedangkan unit kerja lainnya seringkali
pemberian motivasi tidak pernah dilakukan. Hal ini diperkuat oleh wawancara
yang di lakukan oleh peneliti terhadap beberapa pegawai yang mengatakan bahwa
di PDAM sendiri pemberian motivasi tidak merata, kurangnya perhatian yang di
berikan oleh pemimpin, terlalu banyak tekanan sehingga karyawan merasa tidak
nyaman dengan pekerjaannya, dorongan
motivasi lebih banyak diberikan kepada karyawan yang terbiasa dengan pimpinan
dan kurangnya kesempatan yang diberikan kepada karyawan untuk bekerja sama.
Karena kurangnya pemberian motivasi
berdampak negatif pada pekerjaan, sehingga kadangkala karyawan tidak
merasa puas dan menimbulkan tingkat komitmen yang rendah ini ditunjukan dengan
sering terlambat kekantor, pulang sebelum jam kerja selesai bahkan meninggalkan
tempat kerja atau keluar dari perusahan.
Dari berbagai argumentasi yang melatarbelakangi
tersebut diatas maka peneliti mengangkat penelitian ini dengan judul “Pengaruh Motivasi Dan Kepuasan Kerja
Terhadap Komitmen Kerja Karyawan Pada Perusahan Daerah Air Minum Kota Ternate “.
1.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:
a. Apakah
motivasi berpengaruh terhadap komitmen kerja karyawan Pada Perusahan Daerah Air
Minum Kota Ternate?
b. Apakah
kepuasan kerja berpengaruh terhadap Komitmen Kerja karyawan Pada Perusahan
Daerah Air Minum Kota Ternate?
c. Apakah
motivasi dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap komitmen Karyawan Pada
Perusahan Daerah Air Minum Kota Ternate?