Selamat datang di Blog Sederhanku

Nikmatnya Tantangan Di Setiap Langkah Untuk Menggapai Mimpi Besar Kami (Puncak Kie Matubu Tidore). An. Hairil Sadik (Pres Gemapadi).

Rabu, 19 Maret 20140 komentar

“Gema Padi on To Puncak Kie Matubu Tidore”
Mengarungi perjalanan bagitu sangat berkesan, tetap berjalan menyusuri hutan produksi dan perkebunan rakyat pada hari yang mungkin buat mereka adalah tantangan. Siang itu kami mulai melangkahkan kaki meninggalkan rumah untuk menggapai mimpi-mimpi yang telah melayang di dalam kepala kami.
Langkah demi langkah kami mulai mendaki dengan ketenangan yang tak mungkin bisa dipikirkan dengan kepala biasa. Segalanya penuh dengan tantangan. Itu yang kami sebut sebagai komitmen sahabat (Sebutan untuk kawan-kawan Gema Padi) yang tidak pernah kami khianati. Belum lagi perlengkapan serta bekal yang membuat langkah kami terasa berat. Memilih untuk mundur ataukah terus melangkah.
Tidak pernah terlintas di pikiran kami bahwa siang itu sudah mulai terasa dingin karena mendung. Yah mendung yang memberikan kehangatan pada tubuh kami pada saat kami mendaki gunung untuk bisa berdiri di atas puncaknya. Puncak Kie Matubu Tidore yang indah itu. Lelah dan haus adalah tantangan yang pertama kami hadapi. Sekiranya hanya tantangan yang satu ini memang paling berat buat kami. Ternyata di tengah perjalan kami mendaki di sambut lagi dengan tantangn yang dua. Karena sore itu langit mulai gelap bertanda hujan. Dan ternyata tak lama kamipun basah karena derasnya hujan. yang membasahi seluruh perlengkapan dan peralatan kami. Inilah tantangan yang kedua yang saya maksud.
Kami terus melewati banyak tantangan yang semestinya tidak mungkin kita lewati dengan nyali yang kecil jiwa yang takut dan komitmen yang rapuh. Dari hutan liar dan lereng-lereng gunung yang curam. Lelah dan haus sudahlah biasa dalam perjalan setiap orang mendaki puncak gunung yang satu ini. Belum lagi dengan keluhan teman-teman yang tak mampu mendaki. Keterpaksaan yang dibarengi dengan komitmen yang saya sebut sebelumnya menjadi akomodasi utama mengarungi jerami-jerami tua yang tak terurus di tengah perjalanan.
Di tengah perjalanan untuk mengukur kekuatan dan perbekalan kami ternyata telah terkuras habis karena hujan sore itu telah membasahi dan membuat tubuh kami menjadi dingin dan tak mampu lagi untuk mendaki. Namun inilah niatan kami sebelum kami mulai mendaki. Pantang mundur dan tetap melaju mendaki hingga puncak Gunung Tidore mulai kami dekati. Disinilah tantangan yang paling berat yang kami temukan dalam perjalan ini.
Matahari mulai menyambut senja yang membuat birunya warna langit manjadi kemerah-merahan. Semakin kami mendaki semakin gelap pula hutan liar yang ada di sekeliling kami. Ketakutan mulai menghantui satu persatu, yang kami takuti jangan sampai ada hal yang tidak kami inginkan terjadi setelah malam nanti. Kurang lebih setengah perjalan dan semakin dekat dengan puncak ternyata apa yang kami bayangkan sebelumnya telah terjadi.
Kami tak dapat menemukan lagi jejak-jejak para pendaki sebelumnya yang kami yakini sebagai jalan tua yang sudah mulai di tutupi rerumputan puncak yang subur itu. Semakin dekat melangkah dan menggapai mimpi kami. Ternyata satu tebing yang sangat curam dan gelap telah menyambut kami yang tegar bercampur rasa takut. Isi kepala mulai menganalogikan dan menterjemahkan ketakutan dan ketidak berhasilnya menggapai puncak itu. Bisikan penghuni hutan melonglong telinga kami dan menambah rasa yang takut tadi menjadi gelisah. Karena tak ada  tanda-tanda atau jejak lagi menuju mimpi kami.
Masih saja berputar-putar di kaki tebing yang gelap itu untuk menemukan jejak-jejak para pendaki sebelumnya. Alhasil semakin tidak percaya karena kami berada di atas tebing. Beberapa saat kemudian setelah kami temukan jejak sebelumnya telah didaki oleh para pendaki gunung. Kami tak mampu lagi berjalan di tengah semak belukar yang gelap itu. Kamipun lebih memilih untuk membuat tempat perkemahan kami. Tenda kecil yang ukurannya hanya 2x3 meter. Inilah cara kami menantang ketakutan, lelah dan juga kegelapan di kaki puncak Kie Matubu Tidore. Satu persatu keluhan mulai datang menghantam isi kepala yang membuat kami lebih bingung lagi. Hanya mampu berdiam diri dan nyalakan api dengan batang pohon yang kering. Tak lama kemudian kami bisa mencicipi kopi hangat suguhan teman kami yang sungguh-sungguh berusaha menyalakan api di bawah rintik hujan malam itu. Sambil menunggu datangnya sang fajar, kamipun masih tetap tegang dan riang dengan pakaian yang basah karena hujan membasahi kami pada perjalanan siang tadi.

Pukul 04.00 (pagi) kami mulai persiapkan diri untuk menyambut sang fajar dan matahari pagi di atas puncak impian kami. Setelah semua perlengkapan dan peralatan kami siapkan. Kami mulai menyusuri kembali dinding-dinding batu tajam yang terjal dan licin. Inilah tantangan kami yang terakhir sebelum kami menggapai puncak impian kami. 
Kiri, kanan, depan maupun belakang sudah terlihat dengan jelas sang fajar menyemburat kaki bumi yang hijau ini. Sang mentari pagi memberikan tanda kepada seluruh penduduk bumi bahwa siang telah menjemput kami semua. Kamipun sadar dengan keadaan serta suasana yang dingin. Dan ternyata kamipun sampai pada puncak impian kami tepat pada pukul 07.00 pagi. Legah, lelah bercampur kehabisan tenaga yang terkuras kerana tantangan kami yang terakhir hanya tebing bebatuan llicin. Itulah kami, yang bermimpi, bekerja, berusaha dan menggapai hasilnya dengan tangan, kaki dan jerih payah kami. Puncak Kie Matubu Tidore adalah mimpi yang melintasi fikiran dan kepala kami yang tegar tanpa mempertimbangkan apa tantangannya. Kini kami berlima telah berdiri diatas puncak mimpi kami. Di sana ternyata menyimpan berjuta keajaiban yang tidak ada dilingkun lain, lingkungan yang sehat, udara yang segar dan suasana yang sangat luar biasa yang kami temukan dalam hidup kami. Hidup mimpi kami, mimpi kita, mimpi sahabat Gema Padi. Yah….Puncak Kie Matubu Tidore.


Share this article :
Comments
0 Comments

Posting Komentar

 
Support : Gemapadi | Hairil Sadik | Johny Template | Mas Templatea | Noto Mardana
Copyright © 2014. Private Blog Kho Khocez (Irawan Palipun) - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by Kho Khocez
Proudly powered by Blogger